Sejarah Kerajaan Kediri: Awal Berdiri, Kejayaan, hingga Keruntuhannya

Sejarah Kerajaan Kediri
Sejarah Kerajaan Kediri, Awal Berdiri, Peperangan, Silsilah, Kejayaan, hingga Kruntuhan Kerajaan Kediri

JAWAPEH.COM, Kediri – Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan besar di Indonesia yang berpusat di Jawa Timur. Kerajaan ini memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan budaya serta prestasi.

Berdiri sejak abad ke-10 hingga abad ke-13, Kerajaan Kediri memainkan peran penting dalam sejarah Nusantara, terutama dalam bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan.

Silsilah Raja di Kerajaan Kediri

  • Sri Samarawijaya (1042-1051 M)
  • Sri Jitendrakara (1051-1112 M)
  • Sri Bameswara (1112-1135 M)
  • Sri Jayabaya (1135-1159 M)
  • Sri Sarweswara (1159-1169 M)
  • Sri Aryeswara (1169-1180 M)
  • Sri Gandra (1180-1182 M)
  • Kameswara (1182-1194 M)
  • Sri Kertajaya (1194-1222 M)

Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri

Cerita tentang Kediri dimulai pada abad ke-11, saat Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan memutuskan untuk membagi kerajaannya menjadi dua bagian demi menghindari perselisihan antara kedua putranya (Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan).

Pada tahun 1045, kerajaan ini dibagi menjadi dua: Janggala di timur dan Panjalu (atau Kediri) di barat. Kediri, yang berpusat di sekitar wilayah yang kini kita kenal sebagai Kota Kediri, Jawa Timur, kemudian berkembang menjadi kerajaan yang kuat dan berpengaruh.

Pembagian ini dilakukan untuk menghindari perselisihan antara dua putranya. Nama Kediri berasal dari kata “Kediri” yang berarti “padi” dalam bahasa Jawa, yang menunjukkan pentingnya pertanian dalam kehidupan masyarakatnya.

Masa Kejayaan Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Raja Jayabaya, yang memerintah dari tahun 1135 hingga 1157 Masehi.

Jayabaya terkenal karena keadilannya dan kebijaksanaannya dalam memimpin. Di masa pemerintahannya, Kediri berkembang menjadi pusat perdagangan dan budaya yang penting di Jawa.

Jayabaya juga dikenal sebagai seorang raja yang memiliki visi jauh ke depan. Ia diyakini memiliki kemampuan meramal masa depan, yang dituangkan dalam sebuah karya sastra yang dikenal sebagai “Ramalan Jayabaya”.

Ramalan ini menjadi sangat terkenal dan masih dianggap penting oleh masyarakat Jawa hingga saat ini.

1. Perkembangan Ekonomi dan Perdagangan

Selama masa kejayaan Kediri, perdagangan berkembang pesat. Letaknya yang strategis di jalur perdagangan maritim antara Asia Timur dan Asia Tenggara menjadikan Kediri sebagai pusat perdagangan yang sibuk. Pedagang dari berbagai daerah, termasuk Tiongkok, India, dan kawasan Nusantara lainnya, datang ke Kediri untuk berdagang.

Komoditas utama yang diperdagangkan di Kediri antara lain rempah-rempah, hasil bumi, tekstil, dan kerajinan tangan.

Kemajuan perdagangan ini membawa kemakmuran bagi kerajaan dan rakyatnya. Kediri juga mengembangkan sistem irigasi yang baik untuk mendukung pertanian, terutama padi, yang menjadi sumber utama pangan dan pendapatan.

2. Kemajuan Seni dan Budaya

Kejayaan Kerajaan Kediri juga tercermin dalam kemajuan seni dan budaya. Pada masa pemerintahan Jayabaya, seni sastra berkembang pesat.

Banyak karya sastra yang lahir pada masa ini, salah satunya adalah “Kakawin Bharatayuddha”, sebuah epos yang menceritakan perang besar antara Pandawa dan Kurawa dalam cerita Mahabharata. Karya ini ditulis oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh atas perintah Raja Jayabaya.

Selain sastra, seni pertunjukan seperti wayang kulit dan tari-tarian juga berkembang. Kediri menjadi pusat seni dan budaya yang menarik seniman dan budayawan dari berbagai daerah untuk berkumpul dan berkarya. Pengaruh Hindu dan Buddha yang kuat juga terlihat dalam seni arsitektur dan patung-patung yang dibuat pada masa ini.

3. Pengaruh Politik dan Militer

Secara politik, Kerajaan Kediri berhasil memperluas pengaruhnya ke wilayah-wilayah sekitarnya. Jayabaya dikenal sebagai raja yang berhasil menjaga stabilitas dan keamanan di dalam negeri, serta mampu mengatasi ancaman dari luar. Kediri memiliki angkatan perang yang kuat dan terlatih, yang berhasil memenangkan berbagai pertempuran melawan kerajaan-kerajaan lain.

Keberhasilan militer Kediri tidak hanya didasarkan pada kekuatan pasukan, tetapi juga pada strategi diplomasi yang cerdas.

Jayabaya menjalin aliansi dengan kerajaan-kerajaan lain untuk memperkuat posisi Kediri di Nusantara. Hal ini menjadikan Kediri sebagai salah satu kekuatan politik yang dominan di Jawa pada masa itu.

4. Sistem Pemerintahan yang Teratur

Kerajaan Kediri memiliki sistem pemerintahan yang terstruktur dengan baik. Raja Jayabaya memimpin dengan bantuan pejabat tinggi kerajaan yang bertanggung jawab atas berbagai urusan administratif dan hukum. Sistem ini memastikan bahwa pemerintahan berjalan dengan efisien dan efektif.

Di bawah Raja Jayabaya, Kediri juga mengembangkan sistem hukum yang adil. Raja memastikan bahwa hukum ditegakkan dengan adil tanpa memandang status sosial, sehingga menciptakan rasa keadilan di masyarakat. Kebijakan ini memperkuat dukungan rakyat kepada raja dan meningkatkan stabilitas kerajaan.

Baca Juga : Sejarah Simpang Lima Gumul Kediri: Monumen yang Mirip di Paris

Struktur Pemerintahan dan Kehidupan Sosial

Kerajaan Kediri memiliki struktur pemerintahan yang terorganisir dengan baik. Raja merupakan penguasa tertinggi yang dibantu oleh para pejabat kerajaan dalam mengatur administrasi dan hukum. Sistem pemerintahan Kediri terdiri dari beberapa tingkatan, mulai dari pusat hingga desa-desa.

Kehidupan sosial masyarakat Kediri sangat dipengaruhi oleh agama Hindu dan Buddha. Masyarakat hidup dalam tatanan sosial yang terstruktur, dengan kasta-kasta yang menentukan peran dan status seseorang dalam masyarakat. Pertanian merupakan mata pencaharian utama, dengan padi sebagai hasil pertanian yang paling dominan.

Peperangan yang Dialami Kerajaan Kediri

sejarah kerajaan kediri
Ilustrasi

Kerajaan Kediri terlibat dalam beberapa perang penting sepanjang sejarahnya. Berikut beberapa di antaranya:

Perang Saudara Panjalu dan Jenggala (1045-1059 M):

  • Perang ini terjadi antara dua kerajaan pecahan dari Kerajaan Mataram Kuno, yaitu Panjalu dan Jenggala.
  • Kediri, yang saat itu masih bernama Daha, menjadi bagian dari Jenggala.
  • Perang ini dimenangkan oleh Panjalu, dan Daha menjadi bagian dari wilayahnya.

Perang Gending (1185 M):

  • Perang ini terjadi antara Kerajaan Kediri di bawah Raja Kertajaya dengan Kerajaan Majapahit di bawah Wijaya.
  • Perang ini dimenangkan oleh Kediri, dan Majapahit harus melarikan diri ke hutan.

Perang Ganter (1222 M):

  • Perang ini terjadi antara Kerajaan Kediri di bawah Raja Kertajaya dengan Ken Arok, seorang bangsawan dari Tumapel.
  • Perang ini dimenangkan oleh Ken Arok, dan menandai runtuhnya Kerajaan Kediri. Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan Singasari.

Perang Mongol (1293 M):

  • Perang ini terjadi antara Kerajaan Singasari (penerus Kediri) di bawah Raja Kertanegara dengan pasukan Mongol dari Tiongkok.
  • Perang ini dimenangkan oleh Singasari, dan pasukan Mongol dipaksa mundur.

Pertempuran Bubat (1292 M):

  • Perang ini terjadi antara Kerajaan Singasari di bawah Raja Kertanegara dengan Kerajaan Sunda.
  • Perang ini terjadi karena perselisihan pernikahan antara Raden Wijaya (putra Kertanegara) dengan Putri Sunda (Dewi Umayi).
  • Perang ini dimenangkan oleh Singasari, namun mengakibatkan kematian Raden Wijaya dan Dewi Umayi.

Perang Paregreg (1319 M):

  • Perang ini terjadi antara dua kerajaan pecahan dari Singasari, yaitu Majapahit di bawah Raden Wijaya (yang berhasil selamat dari Pertempuran Bubat) dan Kediri (didirikan kembali oleh Jayakatwang)
  • Perang ini dimenangkan oleh Majapahit, dan menandai berakhirnya era Kediri selamanya.

Selain perang-perang besar tersebut, Kediri juga terlibat dalam berbagai pertempuran kecil dengan kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya.

Perang-perang ini memberikan pengaruh besar pada sejarah Kediri dan perkembangan kerajaan-kerajaan di Jawa.

Keruntuhan Kerajaan Kediri

Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan keruntuhan kerajaan ini, baik dari dalam maupun luar kerajaan. Berikut adalah penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut:

1. Konflik Internal dan Ketidakstabilan Politik

  • Perebutan Tahta Kekuasaan: Setelah masa kejayaan di bawah Raja Jayabaya, Kediri mengalami periode ketidakstabilan politik yang disebabkan oleh perebutan kekuasaan di antara anggota keluarga kerajaan dan para bangsawan. Konflik internal ini melemahkan kekuatan politik dan militer kerajaan, membuatnya rentan terhadap serangan dari luar.
  • Ketidakpuasan Rakyat: Kebijakan pemerintahan yang tidak selalu menguntungkan rakyat dan meningkatnya beban pajak menyebabkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat. Ketidakpuasan ini mengurangi dukungan rakyat kepada raja dan melemahkan legitimasi kekuasaan kerajaan.

2. Serangan dari Kerajaan Singasari

  • Kepemimpinan Ken Arok: Salah satu faktor eksternal utama yang menyebabkan keruntuhan Kediri adalah serangan dari Kerajaan Singasari yang dipimpin oleh Ken Arok. Ken Arok, yang merupakan pendiri Singasari, memiliki ambisi besar untuk memperluas kekuasaannya di Jawa.
  • Pertempuran Ganter (1222 M): Pertempuran ini menjadi titik balik penting dalam sejarah keruntuhan kerajaan Kediri. Pasukan Singasari di bawah pimpinan Ken Arok berhasil mengalahkan pasukan Kediri dalam pertempuran yang berlangsung di Ganter. Kekalahan ini menandai berakhirnya kekuasaan Kediri sebagai kerajaan yang dominan di Jawa Timur.
  • Akhir Pemerintahan Kertajaya: Raja Kertajaya, yang merupakan raja terakhir Kediri, tewas dalam pertempuran ini. Dengan tewasnya Kertajaya, Kediri kehilangan pemimpin utamanya dan kekuatan militernya hancur, membuatnya tidak mampu untuk bangkit kembali.

3. Faktor Ekonomi dan Sosial

  • Penurunan Ekonomi: Konflik internal dan serangan dari luar menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi di Kediri. Perdagangan yang sebelumnya menjadi salah satu pilar ekonomi kerajaan mengalami kemunduran, dan pendapatan dari pajak menurun drastis.
  • Kerusakan Infrastruktur: Serangan militer dan ketidakstabilan politik menyebabkan kerusakan pada infrastruktur penting seperti irigasi dan jalan-jalan yang menghubungkan pusat perdagangan. Hal ini memperparah kondisi ekonomi dan sosial di Kediri.

4. Dampak dari Perubahan Aliansi dan Kekuasaan

  • Perubahan Aliansi Politik: Aliansi politik yang sebelumnya mendukung Kediri beralih ke pihak Singasari setelah kemenangan Ken Arok. Hal ini semakin melemahkan posisi Kediri di panggung politik Nusantara.
  • Pengaruh Singasari: Setelah mengalahkan Kediri, Singasari mengambil alih wilayah dan sumber daya Kediri. Wilayah bekas Kerajaan Kediri kemudian menjadi bagian dari kerajaan baru yang dipimpin oleh Ken Arok dan keturunannya.

5. Dampak Keruntuhan Kerajaan Kediri

Keruntuhan Kerajaan Kediri membawa dampak besar bagi wilayah Jawa Timur dan sekitarnya, seperti:

  1. Pergantian Kekuasaan: Kediri yang sebelumnya menjadi kekuatan dominan digantikan oleh Singasari. Perubahan ini membawa dinamika baru dalam politik dan kekuasaan di Jawa.
  2. Migrasi dan Penyebaran Budaya: Penduduk dan bangsawan Kediri yang melarikan diri membawa serta budaya, tradisi, dan pengetahuan mereka ke wilayah lain, membantu penyebaran budaya Kediri di seluruh Nusantara.
  3. Peninggalan Sejarah: Meski kerajaan runtuh, warisan budaya dan sejarah Kediri tetap hidup melalui peninggalan fisik seperti candi, prasasti, dan arca, serta karya sastra yang masih dipelajari dan dihargai hingga kini.

Kebudayaan dan Peninggalan Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri meninggalkan warisan budaya yang sangat berharga, yang hingga kini masih dapat ditemukan dan dilestarikan. Berikut adalah beberapa peninggalan budaya dari Kerajaan Kediri:

  1. Candi Penataran: Berlokasi di Blitar, Jawa Timur, Candi Penataran merupakan salah satu candi terbesar yang dibangun oleh Kerajaan Kediri. Candi ini digunakan sebagai tempat pemujaan dan pusat kegiatan keagamaan. Kompleks candi ini memiliki beberapa bangunan dengan relief yang menceritakan kisah Ramayana dan Mahabharata.
  2. Prasasti Hantang: Berkolasi di Desa Ngantang, Kabupaten Malang. Prasasti Hantang merupakan salah satu prasasti penting yang dibuat pada masa pemerintahan Raja Jayabaya. Prasasti ini berisi informasi tentang pemerintahan Jayabaya dan kebijakan-kebijakan yang diterapkannya. Prasasti ini juga memberikan gambaran tentang struktur pemerintahan dan kehidupan sosial masyarakat Kediri.
  3. Prasasti Jaring: Prasasti ini berlokasi di Dusun Jaring, Desa Kembangarum, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, merupakan peninggalan yang mencatat peristiwa penting pada masa pemerintahan Raja Jayabaya. Prasasti ini juga menyebutkan tentang adanya program irigasi yang dilaksanakan untuk meningkatkan hasil pertanian, terutama padi.
  4. Kakawin Bharatayuddha: Kakawin Bharatayuddha merupakan karya sastra yang ditulis oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Menceritakan perang besar antara Pandawa dan Kurawa dalam cerita Mahabharata. Karya ini ditulis atas perintah Raja Jayabaya dan menjadi salah satu karya sastra paling terkenal dari masa Kerajaan Kediri.
  5. Wayang Kulit: Wayang kulit adalah salah satu seni pertunjukan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Kediri. Pertunjukan wayang kulit menggambarkan cerita-cerita epik seperti Ramayana dan Mahabharata, dan menjadi salah satu media penting dalam penyebaran budaya dan agama Hindu-Buddha.

Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan besar yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah Nusantara. Dengan kejayaannya yang mencapai puncak pada masa Raja Jayabaya, Kediri meninggalkan banyak warisan budaya yang masih ada hingga kini.

Memahami sejarah dan kebudayaan Kerajaan Kediri membantu kita menghargai dan melestarikan warisan budaya Indonesia yang kaya.

Topik

Baca Juga

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Icon Database Jawapeh
Database
Icon Lapor Jawapeh
Laporkan!
Icon Podcast Kediri
Podcast