Syekh Ihsan Jampes: Sang Cendekia dari Kediri yang Mendunia

Syekh Ihsan Jampes
Syekh Ihsan Jampes, Sumber: jatim.nu.or.id

Dialah Syekh Ihsan Jampes, seorang ulama besar yang meninggalkan jejak tak terhapuskan dalam sejarah pendidikan dan keagamaan di Indonesia.

Syekh Ihsan Jampes lahir pada tahun 1901 di Jampes, sebuah desa kecil di wilayah Kediri, tepatnya di Jampes, Desa Putih, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Dari desa inilah, sebuah perjalanan panjang dan penuh dedikasi dalam mencari ilmu dimulai.

Biografi Syekh Ihsan Jampes

Sejak usia muda, Syekh Ihsan telah menunjukkan kecerdasan luar biasa dan ketekunan yang tiada tanding. Beliau memulai pendidikannya di pesantren-pesantren sekitar Kediri, sebelum akhirnya melanjutkan pengembaraan ilmiahnya ke berbagai pesantren terkemuka di Jawa.

Perjalanan ilmiah Syekh Ihsan tidak hanya terbatas di dalam negeri. Beliau juga menuntut ilmu hingga ke Makkah, tempat di mana beliau mendalami berbagai cabang ilmu agama dari para ulama terkemuka.

Kembali ke tanah air, Syekh Ihsan membawa serta ilmu yang kaya dan mendalam, yang kemudian beliau kembangkan dan ajarkan di pesantren yang beliau dirikan sendiri, yaitu Pesantren Jampes.

Pesantren Jampes, di bawah asuhan Syekh Ihsan, berkembang pesat menjadi salah satu pusat keilmuan Islam yang sangat dihormati. Pesantren ini tidak hanya menjadi tempat menimba ilmu agama, tetapi juga menjadi pusat pengembangan budaya dan tradisi Jawa yang sangat dijunjung tinggi.

Syekh Ihsan tidak hanya dikenal sebagai seorang ahli fiqh dan hadits, tetapi juga seorang sufi yang bijaksana, yang mampu mengharmoniskan antara ajaran Islam dan budaya lokal.

Karya Syekh Ihsan Jampes

Di antara karya-karya tulisnya, yang paling populer dan mampu mengangkat namanya hingga ke mancanegara adalah kitab “Sirajut Thalibin”.

Kitab ini tidak hanya menjadi rujukan penting di kalangan pesantren di Indonesia, tetapi juga mendapat perhatian dari luar negeri.

Pada tahun 1934, Raja Faruk dari Mesir mengirim utusan khusus ke Dusun Jampes untuk menyampaikan permintaannya agar Syekh Ihsan bersedia mengajar di Universitas Al Azhar, Kairo.

Namun, dengan penuh kerendahan hati, Syekh Ihsan menolak tawaran tersebut. Beliau lebih memilih untuk mengabdikan hidupnya kepada warga pedesaan di Tanah Air melalui pendidikan Islam.

Keinginan Syekh Ihsan tersebut diwujudkan dengan berdirinya sebuah madrasah dalam lingkungan Pesantren Jampes pada tahun 1942, pada masa pendudukan Jepang.

Madrasah ini diberi nama Mafatihul Huda, yang lebih dikenal dengan sebutan ‘MMH’ (Madrasah Mafatihul Huda). Di bawah kepemimpinan Syekh Ihsan, pesantren ini terus berkembang dan didatangi oleh santri dari berbagai penjuru Tanah Air untuk menimba ilmu.

Kitab Syekh Ihsan Jampes

  1. Tashrih al-Ibarat. Kitab ini ditulis pada tahun 1930, yang merupakan penjelasan (syarah) dari kitab Natijat al-Miqat karangan K.H. Ahmad Dahlan, Semarang. Kitab ini mengulas tentang ilmu falak (astronomi).
  2. Siraj al-Thalibin. Kitab ini ditulis pada tahun 1932, yang merupakan penjelasan (syarah) dari kitab Minhaj al-Abdidin karangan Imam al-Ghazali. Kitab ini mengulas tentang ilmu tasawuf.
  3. Manahij al-Amdad. Kitab ini ditulis pada tahun 1944, yang merupakan penjelasan (syarah) dari kitab Irsyad al-Ibad Ilaa Sabili al-Rasyad karangan Syekh Zainuddin Al-Malibari. Kitab ini mengulas tentang ilmu tasawuf.
  4. Irsyad al-Ikhwan Fi Syurbati Al-Qahwati wa al-Dukhan, merupakan kitab yang khusus membicarakan minum kopi dan merokok dari segi hukum Islam.

Pesantren Jampes Kediri

Selain mendirikan madrasah, Syekh Ihsan juga berhasil mengembangkan Pesantren Jampes dengan mendirikan bangunan-bangunan sekolah setingkat tsanawiyah dan aliyah. Dedikasinya terhadap pendidikan Islam di Tanah Air terus beliau lakukan hingga akhir hayatnya pada 15 September 1952.

Syekh Ihsan Jampes adalah sosok yang sangat dihormati, tidak hanya oleh murid-muridnya, tetapi juga oleh masyarakat luas. Kepribadian beliau yang rendah hati, kebijaksanaan dalam mengajar, dan dedikasi dalam menyebarkan ilmu membuat beliau menjadi panutan yang diidolakan banyak orang.

Keberadaan beliau di Kediri menjadi salah satu kebanggaan tersendiri bagi warga Kediri, yang hingga kini masih merasakan dampak positif dari ajaran dan karya-karya beliau.

Warisan yang ditinggalkan oleh Syekh Ihsan Jampes terus hidup dan berkembang melalui murid-muridnya yang kini menyebar di berbagai pelosok negeri.

Pesantren Jampes tetap menjadi salah satu pusat pendidikan Islam yang terus berkontribusi dalam mencetak generasi-generasi penerus yang berilmu dan berakhlak mulia.

Kita, sebagai warga Kediri, patut berbangga memiliki sosok seperti Syekh Ihsan Jampes. Beliau adalah bukti nyata bahwa dari desa kecil di Kediri, bisa lahir seorang cendekiawan besar yang memberikan sumbangsih luar biasa bagi dunia pendidikan dan keilmuan Islam.

Semoga kita semua dapat mengambil inspirasi dari perjalanan hidup dan dedikasi beliau dalam mencari dan menyebarkan ilmu.

Mari kita terus mengenang dan menghormati jasa-jasa beliau, sembari berusaha untuk meneruskan semangat keilmuan dan kebijaksanaan yang telah beliau wariskan.

Topik

Baca Juga

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Icon Database Jawapeh
Database
Icon Lapor Jawapeh
Laporkan!
Icon Podcast Kediri
Podcast