Penggabungan XL Axiata dan Smartfren menjadi XLSmart menandai babak baru dalam industri telekomunikasi Indonesia. Langkah ini disambut positif oleh berbagai pihak, termasuk Telkom, induk perusahaan Telkomsel, yang melihatnya sebagai langkah menuju industri yang lebih sehat dan kompetitif.
VP Corporate Communication Telkom, Andri Herawan Sasoko, menyatakan bahwa konsolidasi ini akan mengurangi “perang tarif” yang selama ini merugikan industri. Perang tarif yang terus-menerus mengakibatkan harga layanan menjadi semakin murah, sehingga berdampak negatif pada perkembangan perusahaan secara keseluruhan.
“Oh bagus. Artinya, semua akan terkonsolidasi gitu ya. Itu yang akan membuat industri ini makin sehat. Jadi, kita kan sebetulnya sangat menghindari perang tarif lah ya, karena kalau perang tarif terus-terusan harganya makin murah, secara industri nggak bagus,” ungkap Andri.
Dengan berkurangnya jumlah pemain, persaingan diharapkan menjadi lebih sehat dan terukur. Fokus perusahaan bisa beralih pada inovasi layanan dan peningkatan kualitas jaringan, bukan hanya pada perang harga yang tidak berkelanjutan.
Menkominfo, Meutya Hafid, juga telah memberikan izin prinsip persetujuan merger XL Axiata, Smart Telecom, dan Smartfren. Pemerintah menetapkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi XLSmart sebelum izin final diterbitkan. “Ada beberapa persyaratan yang wajib disetujui dan dipenuhi oleh XL-Smart terlebih dahulu baru nanti akan diterbitkan Keputusan Menteri Komdigi yang bersifat final menyetujui Rencana aksi korporasi Merger tersebut,” jelas Meutya.
RUPSLB masing-masing perusahaan akan digelar pada 25 Maret 2025 untuk meresmikan penggabungan tersebut. Setelah merger, XLSmart akan bergabung dengan Indosat Ooredoo Hutchison dan Telkomsel sebagai tiga operator seluler besar di Indonesia.
Dampak Merger XL Axiata dan Smartfren
Merger ini diperkirakan akan membawa beberapa dampak signifikan bagi industri telekomunikasi Indonesia. Salah satu dampak yang paling terlihat adalah pengurangan jumlah pemain utama dari empat menjadi tiga. Hal ini berpotensi mengurangi persaingan yang tidak sehat, khususnya perang harga.
Namun, potensi monopoli juga menjadi kekhawatiran. Pemerintah perlu mengawasi ketat agar merger ini tidak mengakibatkan praktik monopoli yang merugikan konsumen. Regulasi yang jelas dan pengawasan yang efektif sangat penting untuk memastikan pasar tetap kompetitif dan konsumen tetap terlindungi.
Potensi Positif
Potensi Negatif
Strategi ke Depan
Baik XLSmart maupun kompetitornya perlu mengembangkan strategi yang tepat menghadapi perubahan lanskap industri ini. Fokus pada inovasi, pengembangan layanan yang unik dan diferensiasi produk akan menjadi kunci keberhasilan di tengah persaingan yang lebih terkonsolidasi.
Investasi besar pada teknologi 5G dan pengembangan infrastruktur juga krusial. Menyediakan layanan yang berkualitas tinggi dan terjangkau akan menjadi faktor penentu dalam memenangkan hati konsumen.
Peran pemerintah dalam pengawasan dan pengaturan industri telekomunikasi sangat penting. Regulasi yang tepat akan memastikan persaingan yang sehat, melindungi konsumen, dan mendorong inovasi. Dengan demikian, merger ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia.
Kesimpulannya, merger XL Axiata dan Smartfren menjadi XLSmart merupakan langkah penting dalam konsolidasi industri telekomunikasi Indonesia. Meskipun membawa potensi positif seperti peningkatan kualitas layanan dan efisiensi, potensi negatif seperti monopoli juga perlu diantisipasi melalui regulasi yang ketat dan pengawasan yang efektif dari pemerintah.