Ekbis  

Deflasi Februari 2025: Rekor Langka Setelah Dua Puluh Lima Tahun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi pada Februari 2025, menandai peristiwa pertama kalinya dalam 25 tahun terakhir. Terakhir kali Indonesia mengalami deflasi tahunan terjadi pada Maret 2000.

Indeks Harga Konsumen (IHK) Februari 2025 menunjukkan deflasi 0,09 persen secara tahunan (yoy). Angka ini kontras dengan deflasi 1,10 persen yang tercatat pada Maret 2000.

Meskipun deflasi tahunan jarang terjadi, deflasi bulanan relatif lebih sering. Sebagai contoh, Januari 2025 mencatat deflasi 0,76 persen secara bulanan, namun inflasi 0,76 persen secara tahunan. Perbedaan ini menunjukkan kompleksitas faktor yang mempengaruhi angka IHK.

Penyebab Deflasi Februari 2025

Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa deflasi Februari 2025 berbeda dengan deflasi Maret 2000. Deflasi Februari 2025 terutama disebabkan oleh penurunan tarif listrik yang signifikan.

Secara spesifik, kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mencatat deflasi 12,08 persen yoy, dengan penurunan tarif listrik mencapai 46,45 persen. Ini berkontribusi besar terhadap deflasi tahunan komponen harga yang diatur pemerintah sebesar 9,02 persen.

Berbeda dengan Februari 2025, deflasi Maret 2000 lebih dipengaruhi oleh penurunan harga pada kelompok bahan makanan. Hal ini menunjukkan dinamika yang berbeda dalam perekonomian Indonesia selama rentang waktu tersebut.

Analisis Lebih Dalam terhadap Data IHK

Meskipun terjadi deflasi secara keseluruhan, beberapa kelompok pengeluaran justru mengalami inflasi. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau misalnya, mencatat inflasi 2,25 persen yoy pada Februari 2025.

Komoditas yang berkontribusi pada inflasi termasuk cabai rawit, bawang putih, kangkung, dan bawang merah. Hal ini menunjukkan fluktuasi harga komoditas pangan tetap menjadi faktor penting dalam perekonomian.

Tekanan inflasi pada komoditas bergejolak juga mengalami penurunan pada Februari 2025, menjadi 0,56 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Ini mengindikasikan adanya stabilitas harga di sektor tertentu.

Kesimpulan dan Implikasi

Deflasi Februari 2025, yang didorong oleh penurunan tarif listrik, menjadi fenomena yang perlu dikaji lebih lanjut. Meskipun memberikan dampak positif bagi daya beli masyarakat, perlu diwaspadai potensi dampak negatif jangka panjang jika deflasi berlanjut.

Pemerintah perlu terus memantau perkembangan harga komoditas, terutama pangan, untuk memastikan stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan yang tepat dan terukur sangat penting untuk mengantisipasi potensi gejolak ekonomi di masa mendatang. Studi lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi IHK juga diperlukan untuk membuat perencanaan yang lebih akurat.

Perlu juga dilakukan analisis lebih detail mengenai dampak deflasi terhadap berbagai sektor ekonomi, seperti pertanian dan industri. Hal ini penting untuk merumuskan kebijakan yang dapat menstabilkan perekonomian dan melindungi kelompok masyarakat yang rentan terhadap perubahan harga.

Exit mobile version