Ekbis  

Deflasi Januari-Februari 2025: Diskon Listrik, Bukan Daya Beli Menurun

Badan Pusat Statistik (BPS) menjelaskan bahwa deflasi yang terjadi selama dua bulan berturut-turut pada Januari dan Februari 2025, sebesar 0,76 persen dan 0,48 persen secara bulanan (month to month/mtm), bukan disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat. Hal ini dibantah langsung oleh Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti.

Penyebab utama deflasi tersebut, menurut BPS, adalah diskon tarif listrik sebesar 50 persen yang diberikan pemerintah selama Januari dan Februari 2025 untuk pelanggan PLN dengan daya 2.200 VA atau lebih rendah. Diskon ini memberikan dampak signifikan terhadap penurunan indeks harga konsumen (IHK).

Amalia menegaskan bahwa penurunan harga akibat diskon listrik ini tidak mencerminkan penurunan daya beli masyarakat secara keseluruhan. Faktanya, komponen inti IHK, yang lebih mencerminkan daya beli, justru mengalami inflasi tahunan sebesar 0,25 persen, berkontribusi sebesar 0,16 persen terhadap inflasi.

Analisis Komponen Inti IHK

Komponen inti IHK yang mengalami inflasi didominasi oleh beberapa komoditas. Emas perhiasan, kopi bubuk, dan mobil menjadi penyumbang utama inflasi pada komponen ini. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi deflasi secara umum, tekanan inflasi pada beberapa sektor tetap ada.

Secara tahunan, komponen inflasi inti juga menunjukkan inflasi sebesar 2,48 persen, menandakan peningkatan tekanan inflasi dibandingkan bulan sebelumnya. Komoditas seperti emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk, dan nasi dengan lauk menjadi penyumbang utama inflasi pada komponen ini.

Perbandingan dengan Deflasi Tahun 2024

Perlu diingat bahwa deflasi bulanan juga terjadi pada tahun 2024, selama lima bulan berturut-turut (Mei-September). Angka deflasi pada periode tersebut bervariasi, mulai dari 0,03 persen hingga 0,18 persen. Namun, konteks dan penyebab deflasi pada 2024 mungkin berbeda dengan yang terjadi pada awal 2025.

Perbedaan konteks ini penting untuk dipahami agar analisis terhadap tren inflasi dan deflasi di Indonesia dapat dilakukan secara komprehensif. Faktor-faktor musiman, kebijakan pemerintah, dan kondisi ekonomi global perlu dipertimbangkan secara menyeluruh.

Kesimpulan

Kesimpulannya, meskipun terjadi deflasi selama dua bulan berturut-turut di awal 2025, hal ini tidak serta merta menunjukkan penurunan daya beli masyarakat. Diskon tarif listrik menjadi faktor dominan yang menyebabkan deflasi tersebut. Namun, peningkatan inflasi pada komponen inti IHK menunjukkan bahwa tekanan inflasi pada beberapa sektor tetap ada dan perlu diperhatikan.

Analisis yang lebih mendalam dibutuhkan untuk memahami dinamika harga dan daya beli masyarakat secara menyeluruh. Penting untuk memperhatikan berbagai faktor yang memengaruhi IHK, termasuk faktor musiman, kebijakan pemerintah, dan kondisi ekonomi global. Pemantauan berkelanjutan terhadap IHK sangat krusial untuk perencanaan ekonomi yang efektif.

Exit mobile version