Plengkung Nirbaya, lebih dikenal sebagai Plengkung Gading di Yogyakarta, telah resmi ditutup oleh Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penutupan ini bertujuan untuk mendukung konservasi dan penyelamatan struktur bangunan bersejarah tersebut yang dinilai rapuh dan perlu perlindungan.
Penutupan total Plengkung Gading ini berdampak pada rekayasa lalu lintas di beberapa titik penting di sekitarnya. Simpang 4 Gading, Simpang 3 Mantrigawen Lor, dan Simpang 4 Taman Sari mengalami penyesuaian.
Sebagai contoh, di Simpang Gading, fase lampu lalu lintas diubah dari empat menjadi tiga fase. Lengan utara lampu lalu lintas dimatikan. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan arus lalu lintas dan mengurangi kepadatan di sekitar Plengkung Gading yang sebelumnya sering terjadi kemacetan.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan DIY, Rizki Budi Utomo, menjelaskan bahwa perubahan ini telah memberikan dampak positif, dengan waktu siklus lampu lalu lintas yang lebih singkat. Namun, penutupan ini juga menimbulkan tantangan baru di beberapa titik.
Salah satu tantangan yang muncul adalah di Simpang 3 Mantrigawen Lor, yang belum dilengkapi lampu lalu lintas. Kondisi jalan yang sempit di area ini membutuhkan penjagaan personel, terutama pada jam-jam sibuk untuk mencegah kemacetan dan kecelakaan.
Simpang 4 Taman Sari juga menjadi perhatian khusus. Meskipun telah dilakukan optimalisasi waktu siklus lampu lalu lintas, masih ada tantangan terkait jalan ‘butulan’ yang sering menyebabkan kendaraan ‘crossing’ dan mengganggu kelancaran lalu lintas. Pengawasan dan pengaturan arus oleh petugas gabungan dari Dishub DIY, Dishub Kota Yogyakarta, Polda DIY, dan Polresta Kota Yogyakarta menjadi sangat penting.
Untuk akses menuju kawasan Njeron Beteng, kendaraan dari arah timur masih bisa melewati Pojok Beteng Wetan, ke utara, dan melalui Simpang Mantrigawen Lor. Sementara itu, kendaraan dari arah barat dapat melalui Jokteng Kulon, ke utara, dan bertemu di Simpang Taman Sari. Dishub DIY dan Dishub Kota Yogyakarta telah melakukan kajian bersama untuk meminimalisir dampak penutupan Plengkung Gading terhadap arus lalu lintas.
Dampak Penutupan Plengkung Gading dan Solusi Jangka Panjang
Penutupan Plengkung Gading menimbulkan beberapa dampak signifikan pada arus lalu lintas di sekitarnya. Meskipun upaya rekayasa lalu lintas telah dilakukan, tetap diperlukan evaluasi dan penyesuaian secara berkala untuk memastikan kelancaran lalu lintas.
Salah satu solusi jangka panjang yang dipertimbangkan adalah evaluasi sistem satu arah (SSA) khusus mobil di beberapa jalan di dalam Njeron Beteng, seperti Jalan Wijilan. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan aliran kendaraan dan mengurangi kepadatan di titik-titik rawan macet.
Selain itu, peningkatan infrastruktur di beberapa simpang jalan, khususnya penambahan lampu lalu lintas di Simpang 3 Mantrigawen Lor, juga menjadi pertimbangan untuk solusi jangka panjang. Hal ini akan meningkatkan keselamatan dan kelancaran lalu lintas di area tersebut.
Upaya Mitigasi dan Pengawasan
Untuk meminimalisir dampak negatif dari penutupan Plengkung Gading, pengawasan dan pengaturan arus lalu lintas oleh petugas gabungan akan terus ditingkatkan, terutama pada jam-jam sibuk. Koordinasi antar instansi terkait, seperti Dishub DIY, Dishub Kota Yogyakarta, Polda DIY, dan Polresta Kota Yogyakarta, sangat krusial dalam hal ini.
Selain itu, sosialisasi kepada masyarakat mengenai perubahan arus lalu lintas juga penting dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pengguna jalan. Dengan demikian, diharapkan penutupan Plengkung Gading tidak terlalu mengganggu aktivitas masyarakat di sekitarnya.
Evaluasi berkala terhadap efektivitas rekayasa lalu lintas dan langkah-langkah mitigasi yang telah dilakukan akan terus dilakukan. Hal ini penting untuk memastikan solusi yang diterapkan efektif dan dapat terus disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Gambar warga Yogyakarta yang melintas di Plengkung Gading sebelum penutupan menunjukkan kondisi lalu lintas yang padat sebelum dilakukannya penutupan dan rekayasa lalu lintas.