Ekbis  

Ifan Seventeen Beber Alasan Menerima Jabatan Dirut PFN

Riefian Fajarsyah, atau Ifan Seventeen, baru-baru ini ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN). Penunjukan ini memicu beragam reaksi, terutama karena latar belakang Ifan sebagai musisi. Ifan sendiri telah memberikan klarifikasi mengenai alasannya menerima tawaran tersebut.

Ia mengungkapkan bahwa sebelum dirinya, beberapa kandidat lain telah ditawari posisi tersebut namun menolak karena kondisi PFN yang tengah mengalami kesulitan keuangan. Ifan menyatakan keputusannya didorong oleh rasa tanggung jawab dan pengabdian kepada negara. Baginya, ini adalah kesempatan untuk memberikan kontribusi balik setelah sekian lama menikmati kehidupan di Indonesia.

Kritikan mengenai kurangnya pengalaman di bidang perfilman pun dijawab Ifan. Ia menjelaskan bahwa dirinya telah lama berkecimpung di industri kreatif, memiliki pengalaman sebagai direktur utama di dua perusahaan kreatif dan rumah produksi, serta memiliki gelar sarjana manajemen. Pengalamannya juga meliputi penyutradaraan tiga klip musik Seventeen, peran sebagai executive producer dalam film “Kemarin” (2020) dan “Kau dan Dia” (2022), dan beberapa peran akting dalam film.

Ifan menekankan bahwa menjadi direktur utama tidak selalu mensyaratkan keahlian khusus di bidang usaha perusahaan. Kemampuan manajerial yang kuat jauh lebih penting. Ia mencontohkan direktur utama PFN sebelumnya yang berasal dari latar belakang telekomunikasi dan industri minyak dan gas, namun tetap mampu memimpin perusahaan dengan baik.

Analogi lain yang diberikan Ifan adalah posisi direktur utama rumah sakit yang tidak harus seorang dokter. Yang terpenting adalah kemampuan manajemen, sementara keahlian medis dapat ditangani oleh tim dokter yang ahli. Dengan demikian, ia merasa kompetensinya sebagai manajer cukup untuk memimpin PFN.

Alasan Erick Thohir Menunjuk Ifan

Menteri BUMN, Erick Thohir, juga menjelaskan pertimbangan di balik penunjukan Ifan. Ia menyatakan bahwa terdapat berbagai pertimbangan yang dilakukan, dan Ifan bukanlah satu-satunya kandidat yang dipertimbangkan. Proses seleksi melibatkan Tim Penilai Akhir (TPA) yang mengevaluasi beberapa nama sebelum memutuskan.

Meskipun Erick tidak merinci secara detail pertimbangan tersebut, ia menekankan bahwa setiap penunjukan direksi BUMN selalu didasarkan pada kajian dan perhitungan yang matang. Proses tersebut mempertimbangkan berbagai perspektif untuk memilih calon yang paling tepat.

Salah satu tugas utama Ifan sebagai Direktur Utama PFN adalah mengkaji konsolidasi PFN dengan Lokananta dan Balai Pustaka. Pemerintah mendorong percepatan integrasi ekosistem kreatif BUMN, dan konsolidasi ini merupakan langkah strategis untuk mencapai tujuan tersebut.

Konsolidasi ini bertujuan untuk menciptakan pusat konten yang lebih kuat dan efisien. Kajian yang dilakukan Ifan akan menjadi dasar bagi langkah-langkah selanjutnya dalam integrasi tersebut. Proses ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing industri kreatif Indonesia di pasar global.

Penunjukan Ifan Seventeen sebagai Dirut PFN merupakan keputusan yang kontroversial namun menarik untuk diamati. Keberhasilannya memimpin perusahaan yang sedang menghadapi tantangan akan menjadi bukti nyata kemampuan manajerialnya dan sekaligus menjadi pelajaran berharga tentang pemilihan pemimpin di BUMN.

Exit mobile version