Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan signifikan pada Senin, 24 Maret 2025. Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, mulai dari spekulasi pasar menjelang libur Lebaran 2025 hingga ketidakpastian seputar struktur kepengurusan Danantara. Kondisi ini membuat investor cenderung bersikap wait and see.
Oktavianus Audi, VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas, menjelaskan bahwa spekulasi mengenai komposisi pengurus Danantara, khususnya jika didominasi kepentingan politis, telah memicu reaksi negatif dari pelaku pasar. Ketidakjelasan ini menimbulkan kekhawatiran dan menyebabkan aksi jual.
Selain itu, aksi jual menjelang libur bursa juga berkontribusi pada penurunan IHSG. Banyak trader mengurangi alokasi investasi untuk menghindari biaya bunga yang membengkak akibat jatuh tempo pada 25 Maret. Kondisi ini semakin memperparah tekanan jual di pasar.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelemahan IHSG
Faktor eksternal juga turut berperan dalam pelemahan IHSG. Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) untuk memberlakukan tarif baru pada 2 April 2025 memicu volatilitas pasar global. Ketidakpastian ini berdampak pada pasar saham Indonesia, termasuk IHSG.
Jelang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sejumlah perusahaan, saham perbankan menjadi sorotan investor. Investor cenderung menunggu informasi lebih lanjut terkait kebijakan dan besaran dividen yang akan diumumkan sebelum mengambil keputusan investasi.
Arus dana asing yang keluar dari pasar domestik juga menjadi faktor penting. Depresiasi rupiah terhadap dolar AS dan ketidakpastian kebijakan strategis pemerintah telah menyebabkan capital outflow yang signifikan. Hingga saat ini, total capital outflow dari IHSG mencapai Rp 33,17 triliun secara year to date (YTD).
Analisis dan Rekomendasi
Menimbang berbagai faktor tersebut, diperkirakan IHSG akan bergerak mixed cenderung melemah dalam pekan ini, dengan level support di 6.023 dan resistance di 6.457. Kondisi pasar yang masih volatil mengharuskan investor untuk lebih berhati-hati.
Audi menyarankan investor untuk menunggu hingga kuartal II 2025 untuk kembali masuk ke pasar, terutama setelah laporan kinerja kuartal I dirilis. Hal ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kinerja perusahaan dan prospek pasar ke depannya.
Sebagai rekomendasi, beberapa saham pilihan dari LQ45 yang dapat dicermati antara lain BBCA (target harga Rp 9.250 per saham), TLKM (Rp 2.830 per saham), BMRI (Rp 5.450 per saham), dan ICBP (Rp 14.900 per saham). Namun, investor tetap perlu melakukan riset dan analisis sendiri sebelum berinvestasi.
Secara keseluruhan, situasi pasar saat ini menuntut kehati-hatian dan analisis yang mendalam dari para investor. Pertimbangan yang matang terhadap berbagai faktor makro dan mikro ekonomi sangat penting untuk meminimalisir risiko investasi. Penting untuk selalu memantau perkembangan berita dan informasi terkini sebelum mengambil keputusan investasi.
Selain itu, investor juga perlu memperhatikan faktor-faktor fundamental perusahaan sebelum melakukan investasi. Analisa fundamental meliputi rasio keuangan, laporan keuangan, dan prospek pertumbuhan perusahaan di masa depan. Informasi ini dapat diperoleh dari laporan tahunan perusahaan, situs resmi bursa efek, dan berbagai sumber informasi keuangan lainnya.
Diversifikasi portofolio investasi juga merupakan strategi penting untuk mengurangi risiko. Jangan hanya berinvestasi pada satu jenis saham atau aset, tetapi sebarkan investasi pada beberapa jenis aset yang berbeda, misalnya saham, obligasi, reksadana, atau properti. Hal ini dapat meminimalisir dampak kerugian apabila salah satu aset mengalami penurunan.