Waspadai Jerawat Genetik: 5 Petunjuk Penting untuk Deteksi Dini

Jerawat merupakan masalah kulit umum, sering kali dikaitkan dengan masa pubertas. Namun, jerawat juga bisa disebabkan oleh faktor genetik, yang berbeda dengan jerawat hormonal. Mengetahui perbedaan ini penting untuk perawatan yang tepat.

1. Usia Munculnya Jerawat

Jerawat pubertas umumnya muncul lebih awal pada perempuan (40% pada usia 17 tahun) dibandingkan laki-laki (25% pada usia 18 tahun), menurut studi “Familial Risk of Acne Vulgaris in 8-13 Year-Old Females: A Case-Control Study” (Iranian Journal of Dermatology, 2017). Biasanya mereda di usia 25 tahun.

Sebaliknya, jerawat genetik dapat muncul pada usia jauh lebih muda. Studi yang sama menunjukkan korelasi antara jerawat dini dan riwayat jerawat pada orang tua.

2. Keparahan Jerawat

Sekitar 85% remaja mengalami jerawat, dengan 8% mengalami kasus parah. Faktor genetik memainkan peran besar dalam keparahan jerawat.

Dermatology Times melaporkan bahwa sekitar 80% risiko jerawat parah disebabkan oleh genetik. Ini bukan hanya satu gen, tetapi variasi ratusan gen yang memengaruhi respons imun terhadap P. acnes (bakteri penyebab jerawat) dan kecenderungan tersumbatnya pori-pori (Proactiv).

3. Kesulitan Pengendalian Jerawat

Jerawat genetik lebih sulit dikendalikan daripada jerawat hormonal karena genetika tidak dapat diubah. Namun, gaya hidup dapat memengaruhi keparahannya.

Proactiv menyarankan untuk mengelola stres, memilih makanan sehat, berkonsultasi dengan dermatologis, menggunakan produk non-comedogenic, dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Studi “A Review of Advancement on Influencing Factors of Acne: An Emphasis on Environment Characteristics” (National Library of Medicine, 2020) mendukung hal ini, menunjukkan jerawat genetik terkait dengan munculnya jerawat lebih dini, lebih banyak lesi, dan pengobatan yang lebih sulit.

4. Keberlanjutan Jerawat hingga Dewasa

Jerawat dapat berlanjut hingga dewasa (usia 30-an, 40-an, bahkan 50-an) karena berbagai faktor, termasuk stres, produk perawatan kulit, siklus menstruasi, kehamilan, dan pil KB. Faktor genetik juga berperan.

Studi “Familial Risk of Acne Vulgaris” (Iranian Journal of Dermatology, 2017) menunjukkan jika salah satu orang tua memiliki riwayat jerawat, anak mereka memiliki kemungkinan 80% untuk juga mengalami jerawat.

5. Risiko pada Kembar Identik

Studi menunjukkan saudara kembar memiliki risiko lebih tinggi mengalami jerawat genetik. Penelitian di Amerika Serikat dan Australia menunjukkan kembar identik (monozigotik) memiliki persentase sekresi sebum dan asam lemak lebih tinggi daripada kembar tidak identik (dizigotik).

Sebuah studi di Inggris (News Medical) yang melibatkan 400 pasang kembar menunjukkan 81% jerawat bersifat genetik. Temuannya termasuk: 47% kembar dengan jerawat memiliki saudara kembar yang juga berjerawat; 25% kembar dengan jerawat memiliki orang tua dengan riwayat jerawat; dan 41% kembar dengan jerawat mewariskannya pada anaknya.

Kesimpulannya, pengelolaan jerawat genetik membutuhkan pendekatan holistik, menggabungkan gaya hidup sehat dan konsultasi dermatologis untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *