Kesehatan mental perempuan merupakan pondasi keluarga yang kuat. Perempuan, dengan beragam peran sebagai pekerja, pengasuh, dan pemimpin, memiliki dampak luas pada keluarga dan komunitasnya. Sehingga, kesehatan mental perempuan bukan hanya penting bagi dirinya sendiri, tetapi juga untuk kesejahteraan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan, Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi, menekankan bahwa perempuan dengan kesehatan mental yang baik lebih mampu berkontribusi pada pertumbuhan sosial dan ekonomi. Mendukung kesehatan mental perempuan adalah investasi untuk masa depan yang lebih inklusif dan sejahtera. Hal ini juga sejalan dengan tema Hari Perempuan Sedunia tahun ini, “Accelerate Action” atau “Percepat Aksi”.
Sayangnya, masih banyak tantangan yang dihadapi perempuan terkait kesehatan mental. Tingginya beban gangguan mental, ketidaksetaraan gender dalam akses layanan kesehatan, dan dampak stres multi-peran merupakan beberapa kendala utama. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mencatat bahwa perempuan memiliki risiko dua kali lebih tinggi mengalami depresi dibandingkan laki-laki.
Tantangan Kesehatan Mental Perempuan
Pertama, beban gangguan mental pada perempuan sangat tinggi. Akses layanan kesehatan mental yang terbatas, terutama di negara berkembang dan daerah terpencil, semakin memperparah masalah ini. Pandemi COVID-19 juga memperburuk situasi dengan lonjakan kasus kecemasan dan depresi hingga 25%.
Kedua, ketidaksetaraan gender dalam akses layanan kesehatan mental sangat memprihatinkan. Banyak perempuan menghadapi hambatan ekonomi, stigma sosial, dan ketimpangan struktural dalam mendapatkan bantuan yang dibutuhkan. “Perempuan yang menghadapi stigma sosial, baik karena status sosial, pekerjaan, atau kondisi kesehatan mental mereka, sering kali merasa terisolasi. Hal ini memperburuk kondisi mental mereka dan menghambat pencarian bantuan,” ujar Imran Pambudi.
Ketiga, dampak stres multi-peran juga signifikan. Perempuan seringkali berperan ganda sebagai pekerja, pengasuh, dan pencari nafkah, bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Beban ganda ini meningkatkan kerentanan terhadap gangguan mental seperti kecemasan, depresi, dan kelelahan emosional. Ketidakpastian ekonomi dan perubahan iklim semakin memperburuk situasi, khususnya bagi perempuan di komunitas rentan.
Dukungan untuk Kesehatan Mental Perempuan
Untuk mengatasi tantangan ini, dibutuhkan dukungan komprehensif terhadap kesehatan mental perempuan. Pertama, peningkatan akses ke layanan kesehatan mental sangat penting. Pemerintah dan organisasi non-pemerintah perlu menyediakan layanan yang lebih mudah dijangkau. Pemerintah menargetkan semua puskesmas memberikan layanan kesehatan jiwa pada 2027. “Saat ini 40 persen Puskesmas yang mampu memberikan layanan jiwa,” jelas Imran.
Kedua, penghapusan stigma dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental perempuan sangat krusial. Kampanye edukasi yang masif dan melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, organisasi masyarakat, hingga tokoh publik, sangat dibutuhkan untuk mengubah persepsi negatif dan mendorong perempuan untuk mencari bantuan.
Ketiga, pendekatan holistik untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan juga perlu diimplementasikan. Kesehatan mental yang baik tidak hanya bergantung pada layanan kesehatan mental saja, tetapi juga pada pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan penguatan hak-hak perempuan. Memberikan perempuan akses yang lebih baik terhadap pendidikan, pekerjaan, dan kesempatan ekonomi akan secara signifikan meningkatkan kesejahteraan mereka dan mengurangi stres.
Keempat, pembentukan komunitas yang mendukung dan program pemberdayaan perempuan dapat mengurangi isolasi sosial dan mendukung kesehatan mental. Komunitas yang inklusif dan suportif dapat menciptakan ruang aman bagi perempuan untuk berbagi pengalaman, mendapatkan dukungan, dan merasa diterima.
Kesimpulannya, Hari Perempuan Sedunia 2025 menekankan pentingnya percepatan aksi dalam mengatasi tantangan kesehatan mental perempuan. Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, kita dapat menciptakan dunia yang lebih setara dan berdaya bagi semua perempuan di Indonesia, mendukung terciptanya Indonesia Emas 2045.