Cacar api, penyakit yang seringkali kurang dikenal dibandingkan cacar air, sebenarnya disebabkan oleh virus yang sama: Varicella zoster. Meskipun keduanya disebabkan virus yang sama, manifestasinya berbeda dan dampaknya terhadap kesehatan juga berbeda.
Cacar air, umumnya menyerang anak-anak, ditandai dengan demam dan ruam merah berisi air. Namun, setelah sembuh, virus Varicella zoster tidak sepenuhnya hilang dari tubuh. Ia tetap berada di sistem saraf, menunggu kesempatan untuk aktif kembali.
Sekitar 90% orang dewasa di atas usia 50 tahun membawa virus Varicella zoster. Hal ini membuat mereka rentan terhadap cacar api, yang menyerang 1 dari 3 orang dewasa sepanjang hidup mereka.
Cacar Api: Gejala dan Komplikasi
Cacar api berbeda dari cacar air. Gejalanya berupa ruam menyakitkan dan gatal yang umumnya muncul di satu sisi tubuh atau wajah. Ruam ini bisa bertahan selama 2 hingga 4 minggu. Kondisi ini lebih umum terjadi pada orang lanjut usia.
Komplikasi yang serius dari cacar api adalah nyeri saraf jangka panjang, atau Nyeri Pascaherpes (NPH). NPH bisa muncul di area ruam dan rasa nyeri dapat berlangsung berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah ruam sembuh.
Nyeri yang disebabkan oleh NPH bisa sangat mengganggu kualitas hidup penderitanya. Pengobatannya pun dapat memakan waktu lama dan membutuhkan perawatan intensif.
Pencegahan Cacar Api
Pencegahan cacar api penting mengingat tingginya angka kejadian dan potensi komplikasi yang serius. Menjaga gaya hidup sehat, termasuk mengelola stres, dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mengurangi risiko aktivasi virus Varicella zoster.
Vaksinasi adalah cara paling efektif untuk mencegah cacar api. Vaksin Herpes Zoster direkomendasikan, terutama bagi mereka yang berusia 50 tahun ke atas dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Vaksin ini membantu mengurangi risiko terkena cacar api dan juga mengurangi keparahan gejala jika seseorang tetap tertular. Konsultasikan dengan dokter Anda untuk mengetahui apakah Anda merupakan kandidat yang tepat untuk vaksinasi.
Situasi di Indonesia
Indonesia menghadapi tantangan unik dalam pencegahan cacar api. Dengan populasi lansia yang terus meningkat, risiko kejadian cacar api juga akan meningkat. Pada tahun 2024, 12% populasi Indonesia adalah lansia, dan diperkirakan akan berlipat ganda pada tahun 2050.
Provinsi dengan angka kejadian cacar api tertinggi meliputi Yogyakarta, Bali, Jawa Tengah, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Timur, Sumatera Barat, Gorontalo, Riau, dan DKI Jakarta. Faktor-faktor yang berkontribusi pada tingginya angka kejadian di daerah-daerah tersebut perlu dikaji lebih lanjut.
Selain faktor populasi lansia, kualitas sistem pelaporan kasus juga memainkan peran penting. Daerah dengan sistem pelaporan yang lebih baik mungkin menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi, bukan berarti kejadiannya lebih banyak dibandingkan daerah lain yang sistem pelaporannya kurang baik.
Peran Vaksinasi dan Upaya Kolaboratif
Berdasarkan kajian dari Kalta Bina Insani, Herpes Zoster termasuk dalam 144 penyakit yang harus ditangani di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Biaya pengobatan cacar api juga cukup tinggi, dengan total klaim JKN tertinggi pada tahun 2021 mencapai Rp 19,3 miliar.
Hal ini menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, instansi medis, tenaga kesehatan, dan sektor swasta untuk meningkatkan upaya pencegahan cacar api. Peningkatan akses terhadap vaksin Herpes Zoster dan edukasi publik tentang pencegahan cacar api sangat penting.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, Indonesia dapat mengurangi beban penyakit cacar api dan melindungi populasi lansianya dari komplikasi yang serius. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksin dan gaya hidup sehat menjadi kunci dalam upaya ini.
Informasi tambahan yang perlu diperhatikan adalah bahwa perempuan memiliki risiko lebih tinggi terkena cacar api dibandingkan laki-laki. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya faktor-faktor yang berkontribusi pada perbedaan ini.