Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Faradiessa Addiena Sp.PD, mengingatkan pentingnya kehati-hatian bagi penderita diabetes, khususnya mereka dengan risiko tinggi, dalam menjalani puasa Ramadhan. Puasa dapat memicu komplikasi serius yang membahayakan kesehatan jika tidak dipantau dan dikelola dengan baik.
Pasien diabetes dengan risiko tinggi sangat disarankan untuk menghindari puasa. Risiko tinggi ini perlu diidentifikasi dan dinilai secara individual melalui pemeriksaan kesehatan sebelum Ramadhan tiba. Hal ini penting karena kewajiban berpuasa tidak boleh mengorbankan kesehatan yang serius.
Risiko Puasa Bagi Penderita Diabetes
Berpuasa dengan kadar gula darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau terlalu tinggi (hiperglikemia) meningkatkan risiko komplikasi yang berbahaya. Hipoglikemia, di mana kadar gula darah turun di bawah 70 mg/dL, dapat menyebabkan gejala seperti pusing, lemas, hingga kehilangan kesadaran. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera.
Hiperglikemia, di sisi lain, terjadi ketika kadar gula darah melebihi 300 mg/dL. Jika tidak terkontrol, hiperglikemia dapat memicu ketoasidosis diabetik, suatu kondisi yang mengancam jiwa, terutama jika diiringi dehidrasi.
Dehidrasi sendiri merupakan faktor risiko yang memperparah kondisi diabetes. Dehidrasi dapat meningkatkan risiko trombosis, yaitu pembentukan gumpalan darah yang dapat menyebabkan stroke dan penyakit jantung koroner. Oleh karena itu, penting untuk menjaga asupan cairan yang cukup, bahkan bagi mereka yang tidak berpuasa.
Siapa yang Berisiko Tinggi?
Penderita diabetes melitus tipe 1 umumnya masuk dalam kategori berisiko tinggi dan sebaiknya menghindari puasa. Begitu pula dengan mereka yang sedang dalam kondisi sakit akut atau menjalani pekerjaan fisik berat yang meningkatkan risiko dehidrasi. Setiap individu dengan kondisi kesehatan yang memprihatinkan perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan untuk berpuasa.
Pentingnya Screening dan Konsultasi Dokter
Sebelum Ramadhan tiba, penderita diabetes disarankan untuk menjalani screening kesehatan untuk menilai tingkat risiko mereka. Screening ini idealnya dilakukan dua bulan sebelum Ramadhan, atau paling lambat dua minggu sebelum memulai puasa. Tujuannya adalah untuk memastikan kondisi kesehatan terkontrol dan mengantisipasi potensi komplikasi.
Konsultasi dengan dokter sangat penting untuk menentukan apakah seseorang aman untuk berpuasa. Dokter akan mengevaluasi riwayat kesehatan, kondisi terkini, dan pengobatan yang sedang dijalani untuk memberikan rekomendasi yang tepat. Jangan ragu untuk mendiskusikan kekhawatiran dan rencana puasa Anda dengan dokter.
Panduan Puasa Aman Bagi Penderita Diabetes
Bagi penderita diabetes yang kondisi kesehatannya terkontrol dan ingin berpuasa, penting untuk memantau kadar gula darah secara ketat. Kadar gula darah puasa yang ideal berada di antara 80-130 mg/dL, sedangkan kadar gula darah dua jam setelah makan sebaiknya di bawah 180 mg/dL. Pemantauan yang teratur dapat membantu mencegah komplikasi.
Penggunaan obat-obatan diabetes juga perlu disesuaikan dan dipantau secara cermat oleh dokter. Beberapa obat mungkin perlu penyesuaian dosis atau jenis obat selama bulan puasa untuk mencegah hipoglikemia atau hiperglikemia. Jangan pernah mengubah dosis atau jenis obat tanpa berkonsultasi dengan dokter.
Menjaga pola makan yang sehat dan seimbang selama bulan Ramadhan juga sangat penting. Konsumsi makanan yang kaya serat, karbohidrat kompleks, dan protein dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil. Hindari makanan manis dan tinggi lemak jenuh yang dapat meningkatkan gula darah secara drastis.
Ingatlah, kesehatan adalah prioritas utama. Keputusan untuk berpuasa harus didasarkan pada kondisi kesehatan individu dan saran dari tenaga medis profesional. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter Anda untuk mendapatkan panduan yang tepat dan memastikan puasa Ramadhan dapat dijalani dengan aman dan nyaman.
Selain informasi di atas, penting juga untuk memahami bahwa setiap individu dengan diabetes memiliki kondisi yang berbeda-beda. Faktor-faktor seperti usia, jenis diabetes, riwayat komplikasi, dan pengobatan yang dijalani akan mempengaruhi tingkat risiko dan rekomendasi untuk berpuasa.
Oleh karena itu, penting untuk selalu berkomunikasi secara terbuka dengan dokter Anda, sehingga Anda dapat membuat keputusan yang tepat dan terinformasi terkait ibadah puasa Anda selama bulan Ramadhan.