Tren peningkatan jumlah jemaah haji lanjut usia (lansia) berusia 65 tahun ke atas dalam tujuh tahun terakhir menjadi perhatian serius. Data Pusat Kesehatan Haji 2024 menunjukkan angka yang cukup signifikan, yaitu 21 persen dari total jemaah haji adalah lansia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri mengingat kondisi kesehatan lansia yang umumnya lebih rentan.
Mayoritas jemaah haji yang meninggal dunia berada pada rentang usia 71 tahun ke atas, mencapai 207 jemaah. Angka ini menjadi indikator penting perlunya perhatian lebih terhadap kesehatan jemaah lansia sebelum, selama, dan setelah perjalanan ibadah haji.
Menurunnya daya tahan tubuh pada lansia membuat mereka lebih mudah terserang penyakit. Oleh karena itu, konsultasi dengan tenaga medis sebelum keberangkatan menjadi langkah krusial. Konsultasi ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan secara menyeluruh dan mengidentifikasi potensi risiko kesehatan selama perjalanan ibadah haji.
Selain konsultasi, tindakan preventif seperti vaksinasi sangat penting untuk mencegah penyakit dan menurunkan risiko komplikasi penyakit kronis. Vaksinasi sebelum keberangkatan dapat melindungi jemaah dari berbagai penyakit menular, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu.
Penyakit yang Paling Berisiko untuk Jemaah Lansia
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) akibat virus RSV (Respiratory Syncytial Virus) menjadi salah satu ancaman serius bagi jemaah lansia. Virus RSV mudah menular melalui udara dan kontak langsung, sehingga lingkungan padat seperti pesawat dan penginapan jamaah haji menjadi tempat yang berisiko tinggi penularan.
Kelompok usia di atas 60 tahun, termasuk jemaah haji lansia, umumnya mengalami penurunan kekebalan terkait usia (ARDI). Kondisi ini membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi RSV dan penyakit lainnya. Penurunan imunitas ini menyebabkan tubuh lebih sulit melawan infeksi.
Tingginya angka morbiditas dan mortalitas akibat infeksi RSV pada lansia menekankan pentingnya vaksinasi RSV, terutama untuk individu dengan risiko tinggi, termasuk lansia dan mereka yang memiliki penyakit kronis. Vaksin ini bisa menjadi benteng pertahanan tubuh.
Vaksinasi RSV tidak hanya penting sebelum keberangkatan, tetapi juga sebagai bagian dari upaya pencegahan penyakit selama perjalanan haji. Perjalanan panjang dengan pesawat, yang merupakan ruang tertutup selama berjam-jam, meningkatkan risiko penularan penyakit.
Infeksi RSV sangat menular, satu orang yang terinfeksi bisa menularkan virus tersebut kepada tiga orang lainnya. Masa penularan pada individu dengan sistem kekebalan normal adalah 3-8 hari, sedangkan pada lansia bisa mencapai empat minggu.
Melihat tingginya risiko tersebut, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) telah mengeluarkan panduan penatalaksanaan penyakit paru dan pernapasan bagi petugas kesehatan haji dan umrah. Panduan ini merekomendasikan vaksinasi untuk meningokokus, influenza, pneumokokus, dan RSV.
Di Arab Saudi, vaksin RSV termasuk dalam program imunisasi nasional untuk penduduk berusia 60 tahun ke atas. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya pemerintah Arab Saudi menanggapi ancaman penyakit ini bagi lansia.
Selain vaksinasi RSV, perawatan kaki yang baik juga penting untuk mencegah selulitis. Selulitis merupakan infeksi kulit yang dapat membahayakan dan seringkali terjadi pada jemaah haji karena kelelahan dan kondisi lingkungan yang kurang higienis.
Penting juga bagi jemaah haji untuk menjaga kesehatan secara umum, termasuk menjaga pola makan yang sehat, cukup istirahat, dan melakukan senam haji secara teratur untuk mencegah kekakuan sendi dan masalah kesehatan lainnya. Kesiapan fisik dan mental sangat penting untuk menunjang ibadah haji yang lancar.
Kesimpulannya, peningkatan jumlah jemaah lansia menuntut perhatian serius terhadap aspek kesehatan. Konsultasi medis, vaksinasi, dan pencegahan penyakit menjadi kunci utama dalam memastikan keselamatan dan kelancaran ibadah haji bagi jemaah lansia. Persiapan yang matang dan komprehensif sangat dibutuhkan untuk menjaga kesehatan jemaah selama menjalankan ibadah suci ini.