Penis patah, atau fraktur penis, adalah kondisi medis darurat yang perlu segera ditangani. Meskipun jarang terjadi, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk disfungsi ereksi permanen. Oleh karena itu, penting untuk memahami gejala, penyebab, dan penanganan yang tepat.
Apa itu Penis Patah?
Penis patah terjadi karena robekan pada tunica albuginea, lapisan jaringan ikat yang membungkus corpora cavernosa—jaringan spons di dalam penis yang terisi darah saat ereksi. Robekan ini biasanya disebabkan oleh pembengkokan penis yang tiba-tiba dan paksa saat ereksi.
Akibat robekan ini, darah dari corpora cavernosa bocor ke jaringan sekitarnya. Hal ini menyebabkan penis langsung kehilangan ereksi dan menimbulkan rasa sakit yang hebat. Dalam kasus yang parah, uretra (saluran kemih dan mani) juga dapat mengalami cedera, mengakibatkan keluarnya darah dari uretra.
Meskipun kasus fraktur penis tergolong langka, ini adalah kondisi yang memerlukan perhatian medis segera. Penundaan penanganan dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada penis.
Tanda dan Gejala Penis Patah
Gejala penis patah sangat jelas dan mudah dikenali. Rasa sakit yang hebat dan tiba-tiba pada penis adalah tanda utama. Seringkali, disertai dengan suara “patah” atau “retak” pada saat kejadian.
Selain nyeri, penderita juga akan mengalami hilangnya ereksi secara instan. Penis akan tampak bengkak dan memar, dengan perubahan warna kulit akibat perdarahan di bawah permukaan kulit.
Jika uretra ikut cedera, penderita mungkin akan mengalami keluarnya darah dari lubang kencing. Semua gejala ini menandakan keadaan darurat medis dan memerlukan penanganan segera.
Kapan Harus Periksa ke Dokter?
Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, segera cari pertolongan medis di Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit terdekat. Penanganan yang terlambat dapat mengakibatkan disfungsi ereksi permanen.
Penyebab Penis Patah
Penyebab utama penis patah adalah trauma atau pembengkokan penis yang tiba-tiba dan paksa saat ereksi. Hal ini sering terjadi selama aktivitas seksual, baik penetrasi maupun masturbasi.
Beberapa posisi seksual berisiko tinggi menyebabkan penis patah, misalnya posisi wanita di atas (woman on top) di mana penis bisa terjepit atau tertekuk secara tiba-tiba. Posisi seksual lainnya yang berisiko tinggi juga meliputi posisi misionaris atau posisi seksual yang melibatkan gerakan-gerakan ekstrim dan tiba-tiba.
Masturbasi yang terlalu kasar atau berlebihan juga dapat menyebabkan penis patah. Bahkan, terkadang kejadian ini dapat terjadi secara tidak sengaja, misalnya saat tertidur dan penis tertekuk atau terbentur.
Dalam beberapa budaya, praktik sengaja membengkokkan penis yang ereksi selama masturbasi (“taqaandan”) juga dapat menyebabkan fraktur penis. Praktik ini sangat tidak dianjurkan karena resiko cedera yang tinggi.
Diagnosis Penis Patah
Diagnosis penis patah umumnya dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan riwayat medis pasien. Dokter akan menanyakan detail mengenai kejadian yang menyebabkan cedera dan mengevaluasi gejala yang dialami.
Untuk memastikan diagnosis dan menilai tingkat keparahan cedera, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, antara lain:
Tes tambahan mungkin diperlukan untuk memeriksa kemungkinan kerusakan uretra, karena cedera uretra seringkali menyertai fraktur penis.
Pengobatan Penis Patah
Pengobatan penis patah umumnya dilakukan melalui pembedahan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki robekan pada tunica albuginea dan meminimalkan risiko komplikasi jangka panjang, seperti disfungsi ereksi.
Prosedur operasi biasanya melibatkan pemberian anestesi lokal, kemudian membuat sayatan untuk mengakses area yang cedera. Dokter kemudian akan menjahit robekan pada tunica albuginea. Jumlah jahitan bervariasi tergantung pada tingkat keparahan robekan.
Setelah operasi, pasien akan diberikan obat pereda nyeri dan antibiotik untuk membantu proses penyembuhan. Masa pemulihan biasanya membutuhkan beberapa bulan, dan pemeriksaan lanjutan penting untuk memantau aliran darah pada penis.
Meskipun jarang, efek samping seperti disfungsi ereksi, penis melengkung, dan nyeri saat ereksi dapat terjadi setelah operasi. Efek samping ini umumnya bersifat sementara, tetapi konsultasi rutin dengan dokter sangat dianjurkan.
Pencegahan Penis Patah
Meskipun tidak selalu dapat dicegah sepenuhnya, risiko fraktur penis dapat diminimalkan dengan beberapa langkah pencegahan.
Hindari posisi seksual yang berisiko tinggi, seperti posisi wanita di atas (woman on top) tanpa pelumas yang cukup. Berhati-hatilah saat berganti posisi seksual dan hindari gerakan mendadak yang dapat menyebabkan penis tertekuk.
Gunakan pelumas yang cukup selama hubungan seksual untuk mengurangi gesekan dan risiko cedera. Hindari masturbasi yang terlalu kasar atau agresif, terutama yang melibatkan pembengkokan paksa penis yang ereksi.
Kenakan pakaian pelindung saat berolahraga untuk melindungi penis dari benturan. Hindari terapi atau praktik yang bertujuan untuk membesarkan penis, karena hal ini dapat meningkatkan risiko cedera.
Jika Anda sering mengalami ereksi malam hari (nocturnal erection), tidurlah dalam posisi telentang untuk menghindari tekanan atau pembengkokan pada penis.
Kesimpulan
Penis patah adalah kondisi medis serius yang memerlukan penanganan segera. Ketahui gejala-gejalanya, waspadai posisi seksual dan aktivitas yang berisiko, dan segera cari bantuan medis jika Anda menduga mengalami fraktur penis.
Pencegahan yang cermat dan penanganan yang tepat waktu sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang dan mempertahankan fungsi seksual yang normal.