Asthenozoospermia adalah kondisi medis yang mempengaruhi kesuburan pria, ditandai dengan penurunan motilitas sperma—kemampuan sperma untuk bergerak efektif menuju sel telur. Ini berarti sperma mengalami kesulitan mencapai dan membuahi sel telur, sehingga menyebabkan infertilitas.
Apa itu Asthenozoospermia?
Asthenozoospermia secara sederhana diartikan sebagai kondisi di mana sperma tidak dapat bergerak dengan baik atau memiliki motilitas yang terganggu. Gerakan sperma yang buruk akan menghambat perjalanan menuju sel telur untuk pembuahan.
Motilitas sperma yang optimal sangat krusial dalam reproduksi. Sperma harus bergerak cepat dan efisien untuk membuahi sel telur. Analisis semen atau uji sperma akan mengukur berbagai parameter kualitas sperma, termasuk motilitas, jumlah, dan morfologi.
Secara ideal, 40-60% sperma dalam sampel air mani harus memiliki motilitas yang baik. Asthenozoospermia merupakan salah satu penyebab utama infertilitas pria, meskipun tak selalu menjadi satu-satunya faktor.
Studi menunjukkan bahwa gangguan motilitas sperma, termasuk asthenozoospermia, berkontribusi pada 20-30% kasus infertilitas pria. Kondisi ini seringkali baru terdeteksi saat pasangan mengalami kesulitan hamil setelah periode mencoba tanpa kontrasepsi.
Gejala Asthenozoospermia
Asthenozoospermia umumnya tidak memiliki gejala fisik yang terlihat. Pria yang mengalaminya biasanya tidak merasakan perubahan tubuh yang signifikan. Oleh karena itu, diagnosis hanya dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium.
Diagnosis biasanya dilakukan setelah pasangan mengalami kesulitan untuk hamil dalam jangka waktu tertentu. Meskipun tidak ada gejala khusus, kesulitan untuk hamil meskipun telah mencoba tanpa kontrasepsi dalam waktu lama bisa menjadi indikasi.
Ketidakmampuan untuk hamil setelah periode upaya yang signifikan seharusnya mendorong konsultasi medis untuk menyingkirkan kemungkinan asthenozoospermia atau masalah kesuburan lainnya.
Penyebab Asthenozoospermia
Penyebab asthenozoospermia beragam, meliputi faktor internal dan eksternal. Beberapa faktor utama yang menurunkan motilitas sperma adalah:
Infeksi dan Peradangan
Infeksi pada saluran reproduksi atau gangguan prostat (seperti epididimitis atau prostatitis) dapat mempengaruhi kualitas sperma, termasuk motilitas. Peradangan ini dapat mengurangi volume ejakulasi dan kualitas sperma secara keseluruhan.
Paparan Toksin dan Zat Kimia
Paparan pestisida, logam berat, atau bahan kimia industri dapat merusak sperma. Toksin ini mengganggu produksi sperma dan menurunkan motilitas. Bahkan, paparan asap rokok dan polusi udara juga berdampak negatif.
Panas Berlebih
Duduk terlalu lama, penggunaan celana dalam ketat, atau paparan panas berlebihan (sauna, kolam air panas) dapat meningkatkan suhu testis. Suhu testis yang tinggi dapat merusak sperma, karena testis membutuhkan suhu lebih rendah dari suhu tubuh untuk produksi sperma yang sehat.
Gangguan Hormon dan Varikokel
Ketidakseimbangan hormon (seperti hormon tiroid, prolaktin, atau testosteron) berpengaruh pada kualitas sperma. Varikokel, pembengkakan pembuluh darah di testis, juga dapat mengganggu produksi dan kualitas sperma.
Faktor Gaya Hidup
Merokok, konsumsi alkohol berlebihan, kurang olahraga, pola makan buruk, stres, dan kelelahan kronis dapat menurunkan kualitas sperma dan meningkatkan risiko asthenozoospermia. Menjaga gaya hidup sehat sangat penting.
Diagnosis Asthenozoospermia
Diagnosis asthenozoospermia dilakukan melalui analisis sperma atau uji semen di laboratorium. Beberapa parameter yang diperiksa adalah:
Motilitas Sperma
Pemeriksaan ini menilai seberapa baik sperma bergerak maju. Pada asthenozoospermia, persentase sperma yang bergerak baik jauh lebih rendah dibandingkan pria sehat.
Konsentrasi Sperma
Uji semen mengukur jumlah sperma per mililiter air mani. Meskipun fokus utama asthenozoospermia adalah motilitas, rendahnya konsentrasi sperma juga berpengaruh pada kesuburan.
Morfologi Sperma
Bentuk dan ukuran sperma juga diperiksa. Sperma dengan bentuk abnormal atau cacat struktural lebih sulit bergerak efektif. Pemeriksaan semen yang komprehensif penting untuk diagnosis akurat.
Komplikasi Asthenozoospermia
Asthenozoospermia menyebabkan kesulitan pembuahan dan kehamilan alami. Waktu yang dibutuhkan untuk hamil bisa lebih lama. Dalam beberapa kasus, asthenozoospermia dapat menyebabkan infertilitas total.
Meskipun memengaruhi kehamilan alami, pasangan masih dapat hamil dengan bantuan teknologi reproduksi berbantu (TRB), seperti inseminasi intrauterin (IUI) atau fertilisasi in vitro (IVF). ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection) merupakan pilihan yang efektif.
Penanganan Asthenozoospermia
Penanganan tergantung pada penyebabnya. Beberapa pilihan pengobatan dan perawatan meliputi:
Perubahan Gaya Hidup Sehat
Hindari merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan pola makan tidak sehat. Olahraga teratur dan berat badan ideal dapat meningkatkan kualitas sperma.
Pengobatan Medis
Jika disebabkan infeksi atau gangguan hormon, pengobatan medis diberikan, seperti antibiotik untuk infeksi atau terapi hormon untuk menyeimbangkan kadar hormon.
Suplemen Antioksidan
Suplemen antioksidan (vitamin C, E, selenium) dapat meningkatkan motilitas sperma dengan mengurangi kerusakan oksidatif pada sperma.
Fertilisasi Berbantuan
Jika pengobatan dan perubahan gaya hidup tidak efektif, IUI atau IVF, termasuk ICSI, dapat menjadi solusi. ICSI menyuntikkan sperma langsung ke sel telur.
Cara Cepat Hamil bagi Suami dengan Asthenozoospermia
Beberapa langkah dapat membantu mempercepat kehamilan jika suami mengalami asthenozoospermia:
Konsultasi dengan Dokter Fertilitas
Pemeriksaan semen dan diagnosis yang tepat dari ahli kesuburan adalah langkah awal yang krusial.
Mempertimbangkan Prosedur Fertilisasi Berbantuan
IUI atau IVF, termasuk ICSI, dapat menjadi pilihan. ICSI sangat efektif untuk sperma dengan motilitas rendah.
Menerapkan Pola Hidup Sehat
Gaya hidup sehat, manajemen stres, nutrisi seimbang, dan olahraga teratur dapat meningkatkan kualitas sperma dan kesuburan.
Pencegahan Asthenozoospermia
Asthenozoospermia dapat dicegah dengan menjaga kesehatan secara keseluruhan dan menghindari faktor risiko seperti paparan panas berlebihan, bahan kimia berbahaya, dan kebiasaan hidup tidak sehat.
Kesehatan mental dan fisik yang baik (nutrisi, olahraga, istirahat cukup) sangat penting untuk mencegah gangguan motilitas sperma.
Meskipun asthenozoospermia dapat menyebabkan infertilitas, kondisi ini dapat dikelola dengan pengobatan yang tepat, perubahan gaya hidup sehat, dan prosedur medis berbantuan. Konsultasi dengan dokter sangat dianjurkan.