Dokter spesialis gizi dari Universitas Hasanuddin, Dr. dr. Lucy Widasari, M.Si., mengingatkan bahaya besar yang mengintai anak-anak yang berpuasa tanpa sahur. Praktik ini meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan yang serius, yang perlu dipahami oleh orang tua.
Salah satu risiko paling signifikan adalah hipoglikemia, atau penurunan kadar gula darah secara drastis di bawah batas normal. Kondisi ini dapat memicu berbagai gejala seperti pusing, gemetar, lemas, hingga pingsan. Anak yang mengalami hipoglikemia membutuhkan penanganan medis segera.
Lebih dari sekadar kekurangan energi, puasa tanpa sahur juga berdampak buruk pada fungsi kognitif anak. Kemampuan belajar dan daya ingat dapat menurun secara signifikan. Penelitian telah menunjukkan korelasi antara sarapan yang terlewatkan dengan penurunan prestasi akademik dan konsentrasi.
Dampak negatif lainnya adalah dehidrasi. Kurangnya asupan cairan selama puasa, terutama tanpa sahur, dapat menyebabkan sakit kepala, mulut kering, dan kesulitan berkonsentrasi. Dehidrasi juga dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang drastis, seperti mudah marah, gelisah, atau bahkan stres.
Dampak Puasa Tanpa Sahur pada Kesehatan Anak
Selain masalah di atas, puasa tanpa sahur juga dapat memicu masalah pencernaan, seperti sembelit atau gastritis (asam lambung naik). Anak-anak dengan riwayat maag sangat rentan terhadap gangguan pencernaan ini. Kondisi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Lebih jauh, kekurangan asupan nutrisi saat sahur dapat melemahkan sistem imun anak. Tubuh akan mulai membakar cadangan lemak dan protein (otot) sebagai sumber energi, mengurangi kemampuan tubuh melawan infeksi. Akibatnya, anak menjadi lebih mudah terserang penyakit seperti flu, batuk, dan infeksi lainnya.
Nutrisi yang Tepat untuk Sahur
Untuk mencegah berbagai risiko kesehatan ini, penting bagi orang tua untuk memastikan anak-anak mereka tidak melewatkan sahur. Sahur yang bergizi seimbang sangat krusial untuk menjaga stamina dan kesehatan anak selama berpuasa.
Makanan yang dianjurkan untuk sahur antara lain karbohidrat kompleks (seperti nasi merah atau roti gandum), protein (seperti telur atau ikan), lemak sehat (seperti alpukat atau kacang-kacangan), serta buah dan sayur kaya serat. Kombinasi nutrisi ini akan memberikan energi yang tahan lama.
Hindari makanan yang mengandung gula sederhana yang cepat dicerna, karena akan menyebabkan lonjakan dan penurunan gula darah yang drastis. Pilihlah makanan yang bergizi, mudah dicerna, dan memberikan rasa kenyang yang lebih lama. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk mendapatkan panduan yang lebih spesifik sesuai kebutuhan anak.
Tips Tambahan untuk Orang Tua
Selain memperhatikan asupan makanan, pastikan anak cukup minum air putih. Ajarkan anak untuk minum air putih secara teratur, terutama sebelum tidur dan sebelum berbuka puasa. Jangan sampai anak mengalami dehidrasi.
Pantau kondisi kesehatan anak selama bulan puasa. Jika anak menunjukkan gejala hipoglikemia atau masalah kesehatan lainnya, segera hubungi dokter. Jangan ragu untuk mencari bantuan medis jika diperlukan. Ingat, kesehatan anak adalah prioritas utama.
Berpuasa adalah ibadah yang mulia, tetapi kesehatan anak harus diutamakan. Dengan memperhatikan asupan nutrisi dan hidrasi yang cukup, orang tua dapat membantu anak menjalani puasa dengan sehat dan penuh energi.