Misteri Serangan Abrahah: Burung Ababil dan Kegagalan Penghancuran Ka’bah

Kisah Perang Gajah, salah satu peristiwa paling populer dalam sejarah Islam, berpusat pada Abrahah, penguasa Yaman yang berambisi menghancurkan Ka’bah. Ia memimpin pasukannya, termasuk gajah-gajah perang, menuju Makkah dengan tujuan meruntuhkan Ka’bah dan mengalihkan pusat ibadah umat ke tempat yang ia bangun.

Legenda menceritakan bagaimana Mutalib, juru kunci Ka’bah, berdoa memohon perlindungan Allah. Doanya dikabulkan dengan datangnya ribuan burung Ababil yang menghujani pasukan Abrahah dengan batu kerikil panas. Pasukan Abrahah, beserta gajah-gajahnya, tewas mengenaskan, meninggalkan Ka’bah dan Makkah selamat.

Peristiwa ini, yang terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai “Tahun Gajah”. Kejadian ini menjadi tonggak penting dalam sejarah Islam, dan menginspirasi banyak pertanyaan di kalangan sejarawan mengenai kebenaran historisitasnya.

Mencari Kebenaran di Balik Legenda

Pertanyaan seputar kematian Abrahah dan pasukannya telah lama menjadi perdebatan. Benarkah mereka tewas akibat hujan batu kerikil panas yang dilontarkan burung Ababil? Ataukah ada penjelasan lain yang lebih rasional?

Riset “The Year of the Elephant” karya John S. Marr, Elias J. Hubbard, dan John T. Cathey menawarkan perspektif baru. Mereka menganalisis deskripsi kematian Abrahah dan pasukannya dalam Al-Quran (Surah Al-Fil), dan membandingkannya dengan pengetahuan medis sejarah.

Alih-alih hujan batu, mereka berhipotesis bahwa kematian massal tersebut disebabkan oleh wabah penyakit, kemungkinan besar cacar. Deskripsi luka bernanah dan berdarah yang dialami pasukan Abrahah sangat mirip dengan gejala cacar.

Interpretasi Metafora Al-Quran

Tim peneliti juga menafsirkan metafora “daun-daun yang dimakan ulat” (Surah Al-Fil ayat 5) sebagai gambaran mayat-mayat yang membusuk dan melepuh akibat wabah penyakit, bukan sekadar efek dari kerikil panas.

Bukti sejarah mendukung hipotesis ini. Sekitar tahun 580 Masehi, wabah cacar memang mewabah di Jazirah Arab, termasuk Makkah yang merupakan kota perdagangan ramai dilewati banyak orang dari berbagai daerah. Wabah ini kemungkinan besar menjadi penyebab utama kematian Abrahah dan pasukannya.

Misteri Burung Ababil

Terkait burung Ababil, riset tersebut mengajukan kemungkinan bahwa burung tersebut adalah burung layang-layang (Hirundo rustica). Burung ini bermigrasi melalui Semenanjung Arabia, dan dikenal mengumpulkan lumpur dan tanah untuk membuat sarang. Meskipun tidak membawa batu di cakarnya, metafora Al-Quran mungkin merupakan kiasan dari proses alamiah ini.

Jenis gajah yang dibawa Abrahah juga diidentifikasi sebagai Gajah Afrika (Loxodonta africana pharaoensis) yang sudah punah. Meskipun begitu, keberadaan gajah-gajah tersebut tidak sepenuhnya menyangkal wabah cacar sebagai penyebab utama kematian pasukan Abrahah.

Implikasi Sejarah

Terlepas dari penyebab sebenarnya kematian Abrahah dan pasukannya, peristiwa Perang Gajah tetap menjadi tonggak penting dalam sejarah. Kematian Abrahah mencegah rencana penghancuran Ka’bah dan kemungkinan perubahan besar dalam sejarah Islam. Jika Abrahah tetap hidup, sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW dan perkembangan Islam bisa sangat berbeda.

Riset “The Year of the Elephant” menunjukkan bagaimana pendekatan interdisipliner, menggabungkan analisis teks keagamaan dengan bukti sejarah dan medis, dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif terhadap peristiwa-peristiwa masa lalu. Meskipun legenda Perang Gajah tetap menarik, pendekatan ilmiah membantu mengungkap kebenaran di baliknya.

Kesimpulannya, walaupun legenda Perang Gajah tetap populer dan memiliki nilai historis dan religius yang mendalam, penelitian modern memberikan perspektif baru dengan mengemukakan kemungkinan wabah cacar sebagai penyebab kematian Abrahah dan pasukannya. Ini menunjukkan pentingnya mencari bukti-bukti empiris untuk memahami peristiwa sejarah.

(mfa/wur)

Exit mobile version