Mengenal Pesona Prosesi Pernikahan Adat Solo: Urutan dan Maknanya yang Mendalam

Pernikahan adat Solo merupakan salah satu tradisi perkawinan terkaya di Indonesia, dikenal akan kemegahan dan filosofi mendalamnya. Setiap prosesi sarat makna, mencerminkan nilai-nilai luhur tentang kasih sayang, pengorbanan, dan tanggung jawab dalam berumah tangga. Tujuannya adalah untuk membimbing kedua mempelai membangun kehidupan keluarga yang harmonis dan penuh berkah.

Rangkaian prosesi pernikahan adat Solo terbagi dalam dua bagian utama: pra-nikah dan hari H. Pra-nikah sendiri terdiri dari berbagai tahapan yang mempersiapkan kedua mempelai dan keluarga untuk memasuki jenjang pernikahan. Sedangkan hari H merupakan puncak dari seluruh rangkaian, memadukan adat istiadat dan upacara keagamaan.

Susunan Prosesi Pernikahan Adat Solo

Prosesi Pra-Nikah Adat Solo

Tahapan pra-nikah dalam adat Solo terdiri dari 12 prosesi yang memiliki arti penting bagi kelancaran dan keberkahan pernikahan. Masing-masing prosesi melibatkan kedua keluarga dan sarat dengan simbolisme budaya Jawa.

1. Congkong

Keluarga pria mengirim utusan untuk mengamati calon mempelai wanita. Pengamatan ini meliputi berbagai aspek, seperti keturunan (bibit), latar belakang keluarga (bebet), dan karakter pribadi (bobot). Hal ini bertujuan untuk memastikan kesesuaian dan kecocokan calon pasangan.

2. Salar

Setelah Congkong, keluarga pria mendiskusikan hasil pengamatan mereka. Diskusi ini menentukan kelanjutan prosesi pernikahan, apakah akan dilanjutkan ke tahap selanjutnya atau tidak.

3. Nontoni

Keluarga pria mengunjungi rumah calon mempelai wanita untuk bertemu dan mengenal lebih dekat. Ini adalah kesempatan untuk kedua keluarga saling mengenal dan mempererat hubungan.

4. Lamaran

Jika Nontoni berjalan lancar, keluarga pria melakukan lamaran resmi. Lamaran ini ditandai dengan penyerahan seserahan atau peningset, yang umumnya berupa kain batik, emas, atau perhiasan. Acara ini juga berfungsi sebagai ajang silaturahmi yang lebih formal.

5. Pasang Tarub & Bleketepe

Keluarga mempelai wanita memasang tarub (hiasan janur kuning) dan bleketepe (anyaman daun kelapa) di depan rumah. Kedua hiasan ini menandakan akan adanya perhelatan pernikahan dan juga sebagai simbol pembersihan diri serta doa agar acara berjalan lancar.

6. Pasang Tuwuhan & Bucalan

Selain tarub dan bleketepe, dipasang pula tuwuhan seperti pohon pisang, tebu, dan kelapa muda yang melambangkan kesuburan dan keberkahan. Bucalan, yaitu penyiapan sesajen, dilakukan sebagai tolak bala dan permohonan perlindungan.

7. Siraman

Sehari sebelum pernikahan, calon pengantin menjalani siraman, yaitu dimandikan dengan air bunga oleh orang tua dan kerabat dekat. Siraman melambangkan penyucian diri sebelum memasuki kehidupan baru. Jumlah orang yang memandikan biasanya tujuh, melambangkan tujuh langkah menuju kebahagiaan.

8. Dodol Dawet

Orang tua calon pengantin wanita menjual dawet kepada tamu dengan menggunakan pecahan genting sebagai alat tukar. Prosesi ini menyimbolkan bahwa menikahkan anak adalah kewajiban orang tua, namun rezeki tetap harus dicari oleh pasangan yang menikah.

9. Pelepasan Ayam

Ada tradisi melepaskan ayam jantan dan betina, melambangkan pelepasan anak untuk memulai hidup baru.

10. Tanam Rukmo

Potongan rambut calon pengantin dikubur sebagai simbol membuang keburukan dan memulai lembaran baru.

11. Malam Midodareni

Malam sebelum pernikahan disebut Malam Midodareni. Calon pengantin wanita dirias cantik, sementara calon pengantin pria datang ke rumah wanita, namun tidak diperbolehkan bertemu. Istilah Midodareni berasal dari kata *widodari* (bidadari).

12. Wilujengan Majemukan

Calon pengantin wanita memakan hati ayam. Ritual ini melambangkan kemampuan istri untuk memenangkan hati suami.

Prosesi Hari H Pernikahan Adat Solo

Hari H pernikahan adat Solo terdiri dari 11 tahapan yang akan dijelaskan di bawah ini. Masing-masing tahapan memiliki peran dan makna yang saling berkaitan.

1. Akad Nikah

Prosesi ijab kabul sesuai ajaran agama masing-masing. Biasanya berlangsung di rumah mempelai wanita.

2. Panggih Manten

Pertemuan pertama pengantin setelah akad nikah. Proses ini terdiri dari beberapa rangkaian.

3. Penyerahan Sanggan

Pengantin pria memberikan sanggan (seserahan) kepada orang tua pengantin wanita sebagai tanda hormat dan bakti.

4. Balangan Gantal

Kedua pengantin saling melempar gantal (sirih) sebagai simbol kasih sayang.

5. Ngidak Tigan

Pengantin pria menginjak telur, lalu kakinya dibasuh pengantin wanita. Ini melambangkan kepemimpinan suami dan pelayanan istri.

6. Sinduran

Ayah pengantin wanita menyelimuti pasangan dengan kain sindur, sebagai tanda restu.

7. Timbangan

Pengantin wanita duduk di pangkuan ayahnya, melambangkan kasih sayang orang tua.

8. Tanem Jero

Orang tua mengantar pengantin ke pelaminan, menyerahkan anak mereka untuk memulai kehidupan baru.

9. Kacar-Kucur

Pengantin pria menuangkan beras, jagung, dan uang ke pangkuan pengantin wanita. Melambangkan tanggung jawab suami dan pengelolaan keuangan istri.

10. Dahar Klimah

Kedua pengantin makan bersama dengan saling menyuapi, sebagai simbol kesejahteraan dan kebersamaan.

11. Sungkeman

Pengantin melakukan sungkeman kepada orang tua dan sesepuh keluarga, memohon doa restu.

Pernikahan adat Solo merupakan perpaduan harmonis antara tradisi dan nilai-nilai luhur. Prosesinya yang panjang dan detail menunjukkan betapa pentingnya keluarga dan kesiapan mental dalam membangun rumah tangga yang bahagia dan langgeng. Semoga penjelasan ini memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keindahan dan makna pernikahan adat Solo.

Exit mobile version