Seorang pekerja migran asal Pakistan, Muhammad Arshad, meninggal dunia setelah jatuh dari ketinggian saat bekerja di konstruksi Stadion Aramco di Al Khobar, Arab Saudi, pada 12 Maret 2025. Ia menjadi korban jiwa pertama yang diketahui dalam proyek pembangunan stadion Piala Dunia 2034.
Besix Group, perusahaan konstruksi Belgia yang anak perusahaannya, Six Construct, terlibat dalam proyek tersebut, mengkonfirmasi kematian Arshad. Perusahaan menyatakan Arshad jatuh karena platform kerjanya miring, meskipun ia dan dua rekannya dilengkapi dengan sistem penahan jatuh. Sayangnya, Arshad tidak terhubung ke titik jangkar saat kejadian.
“Sebuah tim yang terdiri dari tiga pekerja melakukan pekerjaan bekisting (membuat cetakan untuk beton) di ketinggian ketika platform tempat mereka bekerja miring. Meskipun ketiganya dilengkapi dengan sistem penahan jatuh pribadi, satu pekerja tidak terhubung ke titik jangkar pada saat kejadian dan terjatuh, sehingga mengalami luka parah,” demikian pernyataan resmi Besix Group.
1. Perintah Penghapusan Bukti dan Larangan Berbicara
Setelah insiden tersebut, para pekerja dilaporkan diminta menghapus rekaman video kecelakaan dan dilarang membahas kejadian tersebut. “Untuk menghormati keluarga korban, para pekerja diminta untuk tidak membagikan foto kecelakaan tragis ini di media sosial,” ujar Besix. Langkah ini menimbulkan pertanyaan mengenai transparansi dan investigasi yang menyeluruh.
Tidak diketahui pasti berapa lama Arshad bekerja di stadion, namun unggahan media sosial menunjukkan ia telah berada di sana sejak September 2024. Ia bekerja sebagai mandor. Informasi mengenai detail kontrak kerjanya dan perlindungan asuransi juga perlu diusut.
2. Duka Keluarga dan Tanggung Jawab Perusahaan
Arshad meninggalkan tiga anak berusia 2 hingga 7 tahun. Jenazahnya telah diterbangkan ke Pakistan untuk dimakamkan. “Kami seolah jatuh dari langit ke tanah. Seluruh keluarga masih dalam keadaan terguncang,” ungkap ayah Arshad, Muhammad Bashir, kepada The Guardian. Kehilangan tulang punggung keluarga berdampak besar pada kehidupan anak-anaknya.
“Ini akan berdampak jangka panjang pada kehidupan mereka. Penghasilan Arshad adalah satu-satunya sumber penghidupan mereka. Kami harus menanggung biaya hidup dan pendidikan mereka. Kami akan berusaha memenuhi kebutuhan mereka,” lanjut Bashir. Keluarga berharap mendapat kompensasi yang layak dari perusahaan.
Besix menyatakan akan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menyelidiki kasus tersebut dan telah mengambil langkah-langkah untuk mendukung keluarga korban, termasuk memastikan pembayaran gaji dan tunjangan Arshad yang belum dibayarkan. Sesuai hukum ketenagakerjaan Arab Saudi, perusahaan bertanggung jawab atas kompensasi kematian di tempat kerja.
3. Kondisi Kerja yang Mengkhawatirkan
Stadion Aramco, salah satu dari 11 venue Piala Dunia 2034, mempekerjakan ribuan pekerja migran, kebanyakan dari Bangladesh dan Pakistan. Laporan sebelumnya mengungkapkan kondisi kerja yang buruk, termasuk utang yang menjerat pekerja karena biaya ilegal masuk ke Arab Saudi, akomodasi yang tidak layak, jam kerja panjang di bawah terik matahari, dan gaji yang terkadang terlambat berbulan-bulan.
Meskipun Besix dan Aramco menyatakan komitmen terhadap keselamatan dan kesejahteraan pekerja, kasus kematian Arshad menyoroti pentingnya pengawasan yang lebih ketat dan penegakan standar keselamatan kerja yang lebih efektif. Investigasi yang transparan dan independen sangat penting untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Perlu ditelusuri pula apakah standar keselamatan kerja yang diklaim oleh perusahaan telah dijalankan secara optimal.
Kematian Arshad menjadi pengingat penting akan eksploitasi pekerja migran dalam proyek-proyek berskala besar. Perlindungan hak-hak pekerja dan peningkatan standar keselamatan kerja harus menjadi prioritas utama, bukan sekadar klaim perusahaan.