Hoaks Video Brankas: Rekayasa Keji Oplosan Pertamax dan Korupsi

Kasus dugaan korupsi di PT Pertamina Patra Niaga yang melibatkan praktik oplosan Pertalite menjadi Pertamax tengah menjadi sorotan publik. Dugaan ini memicu berbagai spekulasi dan penyebaran informasi yang tidak akurat di media sosial.

Salah satu informasi yang beredar adalah video yang menampilkan pembongkaran brankas berisi uang, yang dinarasikan sebagai hasil korupsi dari praktik oplosan tersebut. Video ini tersebar luas di berbagai platform media sosial, seperti Facebook dan Instagram, dengan narasi yang menyesatkan.

Tim Cek Fakta Kompas.com telah menelusuri video tersebut dan menemukan fakta yang berbeda. Video tersebut ternyata bukan berasal dari penggerebekan terkait kasus Pertamina, melainkan merupakan rekaman peristiwa yang jauh lebih lama dan tidak berkaitan.

Narasi Keliru dalam Video

Video brankas tersebut awalnya diunggah dengan narasi yang menyebutkan uang di dalamnya merupakan hasil penjualan Pertalite yang dioplos menjadi Pertamax. Narasi ini menambahkan tanggal kejadian palsu untuk memperkuat klaim yang tidak benar. Teks dalam video menyebutkan hal tersebut sebagai “berita terbaru tgl 27/2/2025”.

Penyebaran video ini sengaja dimanipulasi untuk menghubungkannya dengan kasus dugaan korupsi di Pertamina, sehingga menimbulkan kesalahpahaman di kalangan masyarakat. Tujuan dari penyebaran informasi palsu ini masih belum dapat dipastikan, namun dapat berdampak negatif pada citra perusahaan dan menimbulkan keresahan publik.

Hasil Penelusuran Kompas.com

Setelah dilakukan penelusuran mendalam, Kompas.com menemukan bahwa video tersebut adalah rekaman penggerebekan yang terjadi jauh sebelum tanggal yang disebutkan dalam narasi keliru. Video ini sebelumnya diunggah oleh akun Instagram Ahmad Sahroni, anggota DPR RI, pada 10 November 2024.

Dalam keterangan video asli, disebutkan bahwa penggerebekan tersebut terjadi di ruangan staf khusus Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) saat itu, Budi Arie Setiadi. Namun, Kejaksaan Agung telah membantah lokasi penggerebekan tersebut. Mereka menegaskan bahwa video tersebut merupakan penyitaan uang di Kantor PT Aset Pasifik terkait kasus dugaan korupsi PT Duta Palma, kasus yang sama sekali berbeda dari dugaan korupsi Pertamina.

Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Harli Siregar, secara resmi membantah keterkaitan video tersebut dengan kasus judi online atau kasus oplosan Pertamax. Informasi ini telah dipublikasikan oleh Kompas.com pada 12 November 2024.

Kesimpulan dan Analisis

Kesimpulannya, video yang beredar luas di media sosial dengan narasi terkait korupsi Pertamina dan oplosan Pertamax merupakan informasi yang sepenuhnya keliru dan menyesatkan. Video tersebut merupakan rekaman peristiwa yang berbeda dan telah dimanipulasi konteksnya untuk tujuan tertentu. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk selalu melakukan verifikasi informasi sebelum menyebarkannya, guna mencegah penyebaran berita bohong dan menjaga kredibilitas informasi.

Perlu diingat, penyebaran informasi palsu dapat berdampak serius. Selain merusak reputasi individu atau lembaga yang dituduh, informasi palsu juga dapat menimbulkan keresahan sosial dan mengganggu stabilitas keamanan nasional. Oleh karena itu, literasi digital yang baik dan kehati-hatian dalam mengonsumsi informasi dari internet sangat penting.

Kasus ini juga menyoroti pentingnya peran media mainstream yang terpercaya dalam memberikan informasi yang akurat dan terverifikasi. Kompas.com, sebagai salah satu media tersebut, berperan penting dalam mengklarifikasi informasi palsu yang beredar dan memberikan informasi yang valid kepada publik.

Selain itu, perlu ditingkatkan upaya edukasi publik mengenai bahaya berita hoaks dan pentingnya verifikasi informasi dari berbagai sumber terpercaya sebelum menyebarkannya lebih lanjut. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih bijak dalam mengonsumsi informasi di era digital ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *