Bidan Desa Lelah, Pingsan Kawal Pasien Ditandu 20 Km

Seorang bidan desa di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, bernama Rosmiati, mengalami kelelahan ekstrem hingga pingsan saat mengawal pasien bersalin. Peristiwa ini terjadi saat ia mendampingi Kurniati (35 tahun) yang harus ditandu sejauh lebih dari 20 kilometer menuju puskesmas terdekat.

Perjalanan panjang dan melelahkan ini dilakukan karena akses jalan yang buruk di Desa Ratte, Kecamatan Tubbitaramanu. Puluhan warga secara bergantian memanggul tandu yang membawa Kurniati, di tengah kondisi pasien yang terus mengerang kesakitan.

Kejadian ini membuat warga panik karena harus menangani dua orang sekaligus; Kurniati yang butuh pertolongan segera dan Rosmiati yang tiba-tiba jatuh pingsan. Bayangkan betapa beratnya beban yang dipikul oleh warga desa tersebut.

Rosmiati sendiri mengaku kelelahan karena berbagai faktor. Selain perjalanan jauh dan medan yang berat, ia juga tengah memikirkan kondisi anaknya yang sedang sakit demam tinggi di rumah. Ia mengaku merasa khawatir jika meninggalkan Kurniati tanpa pendampingan medis.

Sepanjang perjalanan, Rosmiati menunjukkan dedikasi dan kepedulian yang luar biasa. Ia beberapa kali meminta warga berhenti untuk beristirahat dan bahkan meminta mereka menghamparkan terpal plastik sebagai tindakan antisipasi jika Kurniati melahirkan di tengah perjalanan.

Perjalanan tersebut sungguh menantang. Warga harus melewati medan pegunungan yang terjal dan beberapa muara sungai. Kondisi semakin sulit saat malam tiba, dengan penerangan yang minim hanya mengandalkan beberapa senter.

Sebelum Rosmiati pingsan, rombongan sempat berbuka puasa di tengah hutan dengan makanan seadanya: nasi dan sayur kacang. Mereka mendapatkan air minum dengan menadah air mata air dari pegunungan menggunakan wadah bambu.

Setelah berbuka puasa, perjalanan dilanjutkan hingga akhirnya Rosmiati pingsan. Kelelahan fisik dan mental akibat kurang tidur karena merawat anak yang sakit menjadi faktor pemicu kondisi tersebut.

Rosmiati Ditandu Pulang ke Rumah

Setelah sadar, Rosmiati akhirnya juga harus ditandu pulang ke rumahnya. Peristiwa ini menyoroti pentingnya infrastruktur jalan yang memadai di daerah terpencil untuk menunjang akses kesehatan.

Kejadian ini bukan hanya menunjukkan betapa beratnya tugas seorang bidan di daerah terpencil, tetapi juga mengungkapkan kondisi infrastruktur jalan yang memprihatinkan di wilayah tersebut. Peristiwa ini mendesak pemerintah daerah untuk segera memperbaiki infrastruktur jalan dan meningkatkan akses kesehatan di wilayah tersebut.

Kisah Rosmiati dan Kurniati mengingatkan kita akan pentingnya solidaritas sosial dan dedikasi tenaga kesehatan di daerah terpencil. Di tengah keterbatasan, mereka tetap berjuang demi keselamatan pasien.

Kejadian ini juga menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya menghargai dan mendukung para tenaga kesehatan yang bekerja keras di berbagai kondisi, termasuk di daerah-daerah yang aksesnya sulit.

Semoga peristiwa ini menjadi momentum untuk mendorong perbaikan infrastruktur dan peningkatan pelayanan kesehatan di daerah-daerah terpencil, sehingga kejadian serupa dapat dihindari di masa mendatang. Perbaikan infrastruktur dan peningkatan akses kesehatan merupakan hak dasar setiap warga negara.

Selain itu, perlu adanya program pelatihan dan dukungan lebih besar kepada tenaga kesehatan di daerah terpencil agar mereka dapat bekerja dengan lebih optimal dan terhindar dari kelelahan yang berujung pada kondisi yang membahayakan.

Exit mobile version