Ramadhan: Mengasah Jiwa, Membangun Karakter Menuju Manusia Kaffah

Ramadhan, bulan suci penuh berkah, telah berlalu. Namun, jejak spiritualitasnya terus terpatri dalam diri kita, meninggalkan dua jenis “alumni”: Alumni Ramadhani dan Alumni Rabbani.

Alumni Ramadhani adalah mereka yang merasakan perubahan positif selama Ramadhan, namun perubahan tersebut sirna begitu bulan suci berakhir. Kebiasaan lama kembali menguasai. Mereka merasakan dampak positif, tetapi hanya sementara.

Sementara itu, Alumni Rabbani mengalami transformasi yang lebih mendalam dan abadi. Perubahan positif yang diraih selama Ramadhan tetap melekat, bahkan setelah Ramadhan berakhir. Mereka berhasil menginternalisasi nilai-nilai Ramadhan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Menjadi Alumni Rabbani: Sebuah Perjalanan Ruhani

Pertanyaan “alumni mana kita?” mengajak kita untuk merenung. Ini bukan soal penilaian, melainkan refleksi diri atas perjalanan spiritual kita selama Ramadhan dan seterusnya.

Spirit Rabbani, atau God Consciousness, adalah kesadaran akan keberadaan Tuhan dalam diri dan hubungan kita dengan alam semesta. Ini bukan sekadar keyakinan intelektual, tetapi pengalaman spiritual yang mendalam.

God Consciousness membuat seseorang tunduk pada aturan Tuhan, bukan karena paksaan, tetapi karena kesadaran akan kebersamaan dengan-Nya. Ketaatan muncul dari dalam, bukan dari luar. Ini sesuai firman Allah SWT dalam QS Al Hadid ayat 4.

Suluk: Perjalanan Menuju Kesadaran Bertuhan

Mencapai God Consciousness membutuhkan perjalanan ruhani yang panjang dan berat, yang dalam tasawuf disebut suluk. Proses ini penuh tantangan dan memerlukan komitmen yang kuat.

Al-Quran menggambarkan kesulitan ini dalam Surat Al-Balad ayat 12-18, yang menuntut pembebasan budak, khidmat kepada orang miskin, dan penyebaran kasih sayang. Perjalanan ini tidak mudah, tetapi sangat berharga.

Puasa Ramadhan merupakan salah satu metode efektif dalam suluk. Pengalaman lapar dan dahaga dapat menghaluskan budi pekerti dan mendekatkan kita kepada Tuhan.

Ramadhan: Madrasah Ruhani yang Komprehensif

Puasa Ramadhan bukan hanya ibadah ritual, tetapi juga madrasah ruhani yang komprehensif. Ia mengajarkan berbagai nilai spiritual, termasuk zakat fitrah, tadarus Al-Quran, dan interaksi sosial.

Zakat fitrah membersihkan jiwa dengan berbagi rezeki kepada yang membutuhkan. Tadarus Al-Quran, khususnya di bulan Ramadhan, dijanjikan syafaat di hari kiamat.

Hadits Rasulullah SAW menyatakan bahwa puasa dan tadarus Al-Quran akan memberi syafaat di hari kiamat. Kedua amal ini saling mendukung dan memperkuat satu sama lain.

Jalaluddin Rahmat dalam bukunya “Madrasah Ruhaniah” menggambarkan puasa sebagai sarana untuk menajamkan mata batin dan menerbangkan ruhani kita menuju kasih sayang Tuhan. Puasa memadukan kontemplasi dan aksi, ibadah dan pengabdian.

Memantapkan Perubahan Setelah Ramadhan

Hasil dari perjalanan ruhani selama Ramadhan akan teruji setelahnya. Sebulan penuh pembekalan dan latihan spiritual seharusnya meninggalkan dampak yang signifikan.

Penelitian modern, seperti yang dikemukakan Maxwell Maltz dalam “Psycho-Cybernetics”, menunjukkan bahwa dibutuhkan minimal 21 hari untuk membentuk kebiasaan baru. Ramadhan, dengan durasi lebih dari itu, seharusnya cukup untuk menanamkan perubahan positif.

Semoga perubahan-perubahan baik yang kita raih selama Ramadhan dapat bertahan hingga akhir hayat. Semoga kita semua menjadi Alumni Rabbani, yang selalu terhubung dengan Tuhan dan menyebarkan kebaikan di dunia.

Ahmad Nurul Huda Haem
Penulis adalah Wakil Sekretaris Lembaga Da’wah PBNU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *