Kurma, buah manis yang identik dengan bulan Ramadan, memiliki tempat istimewa dalam budaya dan ajaran Islam. Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk mengonsumsi kurma saat berbuka puasa, bahkan dalam jumlah ganjil. Praktik ini, yang telah berlangsung turun-temurun, menyimpan makna dan manfaat yang lebih dalam daripada sekadar kebiasaan.
Hadits sahih menjelaskan anjuran berbuka puasa dengan kurma. Jika tidak tersedia, air putih pun cukup. Hal ini menunjukkan kesederhanaan dan kemudahan dalam menjalankan ibadah. Namun, keutamaan kurma sebagai makanan berbuka tetaplah dianjurkan.
Keutamaan kurma juga terlihat dalam hadits yang menyebutkan kebiasaan Rasulullah SAW mengonsumsi kurma dalam jumlah ganjil, seperti 1, 3, 5, 7, atau 9 butir. Bukan tanpa alasan, praktik ini mengandung hikmah yang patut kita renungkan.
Kebiasaan Rasulullah SAW Makan Kurma Berjumlah Ganjil: Sebuah Penjelasan
Beberapa alasan dikemukakan untuk menjelaskan mengapa Rasulullah SAW memilih jumlah ganjil saat mengonsumsi kurma. Salah satu alasannya adalah karena beliau menyukai angka ganjil. Angka ganjil dalam berbagai budaya sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat positif, unik, dan istimewa.
Selain itu, dalam beberapa literatur disebutkan bahwa mengonsumsi kurma dalam jumlah ganjil, khususnya tujuh butir kurma Ajwa, diyakini dapat menangkal racun dan sihir. Ini terkait dengan khasiat kurma Ajwa yang dipercaya memiliki kekuatan penyembuhan.
1. Angka Ganjil: Sebuah Preferensi Nabawi
Buku Adab Sunnah karya Dr. KH. Rachmat Morado Sugiarto menjelaskan preferensi Rasulullah SAW terhadap angka ganjil, termasuk dalam mengonsumsi kurma. Kebiasaan ini bukan hanya saat berbuka, tetapi juga saat sahur dan sebelum salat Idul Fitri.
Hadits Bukhari menyebutkan Rasulullah SAW mengonsumsi beberapa butir kurma dengan bilangan ganjil sebelum berangkat salat Idul Fitri. Ini menunjukkan kesengajaan dan bukan sekadar kebetulan.
2. Menangkal Racun dan Sihir: Khasiat Kurma Ajwa
Hadits lain menyebutkan khasiat tujuh butir kurma Ajwa untuk menangkal racun dan sihir. Kurma Ajwa, yang berasal dari Madinah, memang dikenal memiliki khasiat pengobatan tradisional. Keyakinan ini terkait dengan peran kurma dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan.
Penting untuk diingat bahwa meskipun hadits ini menyebutkan khasiat kurma Ajwa, kita tetap perlu mengandalkan pengobatan medis modern jika mengalami masalah kesehatan. Hadits ini lebih menekankan pada aspek spiritual dan keyakinan.
3. Nutrisi dan Manfaat Kesehatan Kurma
Selain aspek spiritual dan budaya, kurma juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Kurma kaya akan serat, gula alami, vitamin, dan mineral. Kandungan ini sangat baik untuk memberikan energi setelah berpuasa seharian.
Gula alami dalam kurma memberikan energi secara bertahap, mencegah lonjakan gula darah yang tiba-tiba. Seratnya membantu pencernaan, sementara vitamin dan mineralnya mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Sunnah Sahur dan Buka Puasa dengan Kurma
Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menyebutkan bahwa sebaik-baik sahur adalah kurma. Ini menunjukkan keutamaan mengonsumsi kurma tidak hanya saat berbuka, tetapi juga saat sahur.
Hadits ini menekankan pentingnya sahur, bahkan hanya dengan sedikit makanan seperti kurma. Sahur membantu menjaga energi dan konsentrasi selama berpuasa.
Rasulullah SAW juga menganjurkan berbuka puasa dengan kurma. Jika tidak ada kurma, air putih menjadi alternatif. Ini menunjukkan fleksibilitas dalam menjalankan sunnah.
Al-Quran juga menyebutkan kurma dalam beberapa ayat, menunjukkan keistimewaan buah ini. Ayat-ayat ini menggambarkan keberkahan dan kelimpahan yang diberikan Allah SWT.
Kesimpulannya, mengonsumsi kurma, khususnya saat berbuka puasa, adalah sunnah yang dianjurkan. Jumlah ganjil yang dipilih Rasulullah SAW memiliki makna spiritual dan kearifan tersendiri. Selain itu, kandungan nutrisi kurma juga mendukung kesehatan tubuh. Semoga pemahaman ini meningkatkan keimanan dan kesalehan kita.