Industri Padat Karya Terpuruk: PHK Massal Ancam Pekerja Menahun

Tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang meningkat di Indonesia menimbulkan kekhawatiran, terutama di tengah data Indeks PMI Manufaktur Februari 2025 yang menunjukkan ekspansi. Ketua Bidang Ketenagakerjaan APINDO, Bob Azam, menjelaskan bahwa fenomena ini tidak semata-mata disebabkan oleh fluktuasi musiman yang tercermin dalam PMI Manufaktur, melainkan oleh permasalahan struktural yang telah berlangsung lama dan kompleks.

Menurut Bob Azam, permasalahan mendasar yang menghambat daya saing sektor usaha Indonesia, termasuk industri padat karya, adalah Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang tinggi. Pada tahun 2023, ICOR Indonesia mencapai 6,33, menunjukkan rendahnya efisiensi kegiatan bisnis. Angka ini mengindikasikan bahwa dibutuhkan investasi yang besar untuk menghasilkan output yang relatif kecil, sehingga Indonesia kurang kompetitif di pasar global.

Rendahnya produktivitas juga menjadi faktor kunci. Kurangnya inovasi, teknologi usang, dan kurangnya pelatihan bagi tenaga kerja berkontribusi pada rendahnya output per unit input. Investasi yang rendah semakin memperburuk situasi. Keengganan investor untuk menanamkan modal dalam skala besar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk regulasi yang rumit, birokrasi yang berbelit, dan ketidakpastian politik dan ekonomi.

Faktor-faktor Penentu Tingginya PHK di Indonesia

Selain ICOR dan rendahnya produktivitas, beberapa faktor lain turut berkontribusi pada peningkatan PHK. Anjloknya permintaan ekspor dari Eropa, misalnya, memberikan tekanan besar pada industri padat karya yang bergantung pada pasar ekspor tersebut. Perluasan pasar ekspor ke negara-negara lain menjadi krusial untuk mengurangi ketergantungan pada satu pasar utama.

Peran Pemerintah dalam Mengatasi Masalah

Pemerintah memiliki peran penting dalam mengatasi permasalahan struktural ini. Kebijakan yang mendorong peningkatan efisiensi usaha, peningkatan produktivitas, dan kemudahan investasi sangatlah dibutuhkan. Hal ini dapat dicapai melalui deregulasi, penyederhanaan birokrasi, serta pemberian insentif bagi perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi dan pelatihan tenaga kerja.

Program-program pelatihan vokasi yang relevan dengan kebutuhan industri juga sangat penting. Pelatihan tersebut harus difokuskan pada peningkatan keterampilan dan kemampuan adaptasi pekerja terhadap perubahan teknologi dan tuntutan pasar. Kolaborasi erat antara pemerintah, dunia usaha, dan lembaga pendidikan sangat krusial untuk keberhasilan program-program ini.

Strategi Menghadapi Tantangan Ekonomi Global

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, diversifikasi produk dan pasar ekspor menjadi strategi penting bagi pelaku usaha Indonesia. Mengandalkan hanya satu atau dua pasar ekspor meningkatkan kerentanan terhadap guncangan ekonomi internasional. Pengembangan produk-produk bernilai tambah tinggi juga dapat meningkatkan daya saing dan daya tahan usaha di tengah persaingan global.

Selain itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri melalui inovasi, peningkatan kualitas, dan branding yang kuat. Meningkatkan akses terhadap pembiayaan bagi UMKM juga penting, mengingat sektor ini menjadi salah satu penyumbang terbesar lapangan kerja di Indonesia. Dukungan pemerintah dalam hal kemudahan akses permodalan dan pelatihan manajemen usaha sangatlah dibutuhkan.

Kesimpulannya, peningkatan PHK di Indonesia bukan hanya masalah sementara, melainkan cerminan dari permasalahan struktural yang kompleks. Solusi yang komprehensif dan kolaboratif antara pemerintah, dunia usaha, dan seluruh pemangku kepentingan sangat dibutuhkan untuk mengatasi tantangan ini dan menciptakan iklim investasi yang kondusif serta menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan.

Exit mobile version