Keracunan Massal MBG: Kurang Pengalaman Masak Skala Besar, Mitra Gizi Dipertanyakan

Badan Gizi Nasional (BGN) memberikan klarifikasi terkait laporan dugaan keracunan makanan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di beberapa daerah. Kepala BGN, Dadan Hindayana, menjelaskan bahwa insiden tersebut sebagian besar disebabkan oleh kurangnya pengalaman mitra Satuan Pengelola Pengelolaan Gizi (SPPG) dalam menangani produksi makanan dalam jumlah besar. Banyak mitra yang baru bergabung dan belum terbiasa dengan skala produksi yang dibutuhkan program MBG.

Dadan mengakui bahwa kurangnya pengalaman ini menjadi faktor utama penyebab makanan basi yang ditemukan di beberapa lokasi. Para mitra, yang terbiasa memasak untuk keluarga kecil, kesulitan beradaptasi dalam menyiapkan ribuan porsi makanan setiap harinya. Hal ini menyebabkan masalah dalam pengelolaan bahan baku, proses memasak, hingga penyimpanan makanan yang tepat.

Evaluasi dan Langkah Perbaikan BGN

BGN telah melakukan evaluasi harian terhadap setiap SPPG yang terlibat dalam program MBG. Evaluasi tersebut meliputi seluruh proses, mulai dari pengadaan bahan baku, proses memasak, hingga distribusi makanan. Tujuannya adalah untuk memastikan kualitas dan keamanan makanan yang disajikan kepada penerima manfaat.

Sebagai langkah perbaikan, BGN menginstruksikan mitra baru untuk memulai program dengan skala kecil, sekitar 100-150 porsi. Jumlah ini akan ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai kapasitas penuh 3.000 porsi per hari. Peningkatan bertahap ini bertujuan untuk memberikan waktu bagi mitra agar terbiasa dan mampu mengelola produksi makanan dalam skala besar dengan baik.

BGN menekankan pentingnya pelatihan dan pendampingan bagi para mitra SPPG baru. Pelatihan ini akan mencakup berbagai aspek, mulai dari manajemen bahan baku, teknik memasak massal, hingga penyimpanan dan distribusi makanan yang aman dan higienis. Dengan pelatihan yang memadai, diharapkan kualitas dan keamanan makanan dalam program MBG dapat ditingkatkan.

Klarifikasi Terhadap Berita yang Beredar

Terkait pemberitaan yang menyebutkan adanya makanan basi hingga tiga hari, Dadan memberikan klarifikasi. Ia menjelaskan bahwa berdasarkan hasil investigasi BGN, kasus makanan basi hanya terjadi dalam satu hari. Setelah ditemukan masalah, perbaikan langsung dilakukan dan tidak berlanjut pada hari berikutnya. BGN berkomitmen untuk memastikan hal serupa tidak terulang kembali.

BGN juga akan meningkatkan pengawasan dan monitoring terhadap seluruh SPPG yang terlibat dalam program MBG. Pengawasan yang ketat diharapkan dapat mencegah terjadinya kasus serupa di masa mendatang dan memastikan program MBG berjalan lancar dan aman bagi para penerima manfaat. Keterlibatan aktif dari pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, juga penting untuk memastikan keberhasilan program ini.

Anggaran Program MBG

Program MBG sendiri membutuhkan anggaran yang cukup besar. Pemerintah mengalokasikan dana yang signifikan setiap bulannya untuk menunjang program ini. Anggaran tersebut digunakan untuk pengadaan bahan makanan, operasional SPPG, serta pengawasan dan evaluasi program. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran menjadi hal penting untuk memastikan efektivitas program MBG.

Ke depan, BGN berencana untuk mengembangkan standar operasional prosedur (SOP) yang lebih detail dan komprehensif bagi para mitra SPPG. SOP ini akan mencakup seluruh aspek pengelolaan program MBG, mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Dengan SOP yang jelas dan terstandarisasi, diharapkan kualitas dan keamanan program MBG dapat terjamin secara konsisten.

Selain itu, BGN akan terus berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam program MBG. Hal ini meliputi pelatihan, peningkatan kapasitas, dan pengembangan kompetensi para petugas dan mitra SPPG. Sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi kunci keberhasilan program MBG dalam memberikan manfaat yang maksimal kepada masyarakat.

Exit mobile version