Badan Gizi Nasional (BGN) memberikan imbauan penting kepada Satuan Pengelola Pengelolaan Gizi (SPPG) baru yang bergabung dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Imbauan ini menekankan pentingnya memulai produksi makanan dengan skala kecil sebelum meningkatkan kapasitas.
Langkah ini bertujuan untuk mencegah pemborosan makanan akibat basi dan memastikan kualitas hidangan tetap terjaga bagi para penerima manfaat. Kepala BGN, Dadan Hindayana, menjelaskan bahwa meskipun para mitra sudah berpengalaman memasak untuk jumlah keluarga kecil, memasak dalam skala besar, misalnya lebih dari seribu porsi, membutuhkan pengalaman dan adaptasi.
Salah satu kendala utama dalam program MBG adalah kurangnya pengalaman mitra baru dalam memasak dalam skala besar. Oleh karena itu, BGN merekomendasikan agar mitra baru memulai dengan jumlah porsi yang lebih kecil, sekitar 100-150 porsi terlebih dahulu. Hal ini sebagai langkah awal untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan skala produksi yang lebih besar.
Tantangan dan Solusi Program MBG
Program MBG yang digulirkan pemerintah bertujuan mulia, yaitu memastikan ketersediaan makanan bergizi bagi masyarakat yang membutuhkan. Namun, implementasinya di lapangan menghadapi beberapa tantangan, salah satunya adalah kapasitas produksi mitra SPPG. Pemerintah menggelontorkan dana yang cukup besar untuk program ini, mencapai Rp 1-2 triliun per bulan. Oleh karena itu, keberhasilan program ini sangat bergantung pada pengelolaan yang efektif dan efisien.
Pengalaman menunjukkan bahwa produksi makanan dalam jumlah besar membutuhkan manajemen yang baik, termasuk perencanaan menu, pengadaan bahan baku, penyimpanan, hingga proses memasak dan distribusi. Keterlambatan dalam satu tahapan saja bisa berakibat fatal, seperti makanan yang basi atau kualitas yang menurun.
BGN telah mencatat beberapa kasus makanan basi, sebagian besar berasal dari SPPG baru. Meskipun demikian, BGN memastikan telah melakukan evaluasi dan perbaikan secara cepat. Kasus makanan basi yang beredar di media, yang dilaporkan hingga tiga hari, setelah ditelusuri ternyata hanya basi satu hari saja. Ini menunjukkan bahwa respon BGN terhadap masalah ini cukup cepat dan efektif.
Peningkatan Kapasitas dan Jangkauan MBG
Saat ini, terdapat 726 SPPG yang beroperasi dan melayani lebih dari 2 juta penerima manfaat. BGN menargetkan perluasan program ini dengan memverifikasi 300 SPPG baru dalam waktu dekat. Dengan penambahan ini, diperkirakan program MBG akan menjangkau lebih dari 3 juta penerima manfaat di seluruh Indonesia dalam dua minggu mendatang.
Peningkatan kapasitas produksi makanan secara bertahap menjadi sangat penting. Setelah terbiasa dengan skala 100-150 porsi, SPPG dapat meningkatkan kapasitas produksi secara bertahap menjadi 500, 700, 1.000, hingga 3.000 porsi per hari. Hal ini dilakukan agar kualitas makanan tetap terjaga dan program MBG dapat berjalan dengan optimal.
BGN terus melakukan evaluasi dan monitoring untuk memastikan program MBG berjalan sesuai dengan rencana dan sasaran. Kolaborasi yang baik antara BGN, SPPG, dan pemerintah daerah sangat penting untuk keberhasilan program ini. Pemberian pelatihan dan pendampingan kepada SPPG juga perlu ditingkatkan agar mereka memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup dalam mengelola program ini dengan baik.
Selain itu, aspek keamanan pangan perlu mendapat perhatian serius. Pelatihan mengenai higiene dan sanitasi dalam proses pengolahan makanan sangat penting untuk mencegah kasus keracunan makanan. Standarisasi prosedur operasional standar (SOP) juga perlu diterapkan untuk memastikan konsistensi kualitas dan keamanan pangan.
Kesimpulannya, program MBG merupakan program penting yang membutuhkan kerjasama dan koordinasi yang baik dari berbagai pihak. Dengan strategi yang tepat, peningkatan kapasitas produksi secara bertahap, serta pengawasan yang ketat, program ini diharapkan dapat memberikan manfaat optimal bagi masyarakat yang membutuhkan.