JAWAPEH.COM, Kediri – Sebagian masyarakat Jawa menganggap malam 1 Suro adalah waktu yang sakral. Di malam ini, banyak beredar mitos larangan malam 1 Suro, apakah ini mitos atau fakta?
Suro adalah bulan pertama dalam penanggalan Jawa Islam. Kalender ini merupakan perpaduan kalender Islam (Hijriah) dan kalender Saka (penanggalan Hindu dari India) yang lahir pada era Mataram Islam.
Sultan Agung, Raja Mataram Islam, adalah sosok di balik penyusunan kalender Jawa Islam. Tujuannya adalah agar perayaan adat keraton dan hari besar Islam bisa berlangsung bersamaan.
Salah satu tradisi yang masih digelar hingga kini adalah Mubeng Beteng. Dilansir dari situs Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Mubeng Beteng adalah lampah budaya, sebuah sarana bagi masyarakat untuk introspeksi atas apa yang terjadi selama setahun terakhir. Mereka memohon kepada Yang Maha Kuasa agar tahun mendatang lebih baik.
Baca Juga : Mengenal Tradisi Malam 1 Suro: Sejarah, Mitos, dan Makna Sakral
5 Larangan Malam 1 Suro
Dalam artikel jurnal “Makna Komunikasi Ritual Masyarakat Jawa” oleh Galuh Kusuma Hapsari, disebutkan beberapa larangan malam 1 Suro:
1. Keluar Malam Hari
Masyarakat percaya bahwa keluar pada malam 1 Suro bisa membawa kesialan. Lebih baik tetap berada di rumah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Mengadakan Pesta Pernikahan atau Hajatan
Menikah atau mengadakan pesta pada bulan Suro diyakini mendatangkan pemali dan bencana.
3. Berbicara atau Berisik
Saat ritual Mubeng Beteng atau Tapa Bisu di Keraton Yogyakarta, orang dilarang berbicara atau berisik. Mereka juga tidak makan, minum, atau merokok selama ritual.
4. Berkata Kasar atau Buruk
Pada malam 1 Suro, dipercaya ada makhluk gaib yang mencari manusia yang lalai. Oleh karena itu, berbicara kasar atau buruk dilarang karena perkataan buruk bisa menjadi kenyataan.
5. Pindah atau Membangun Rumah
Pindah atau membangun rumah pada malam 1 Suro dipercaya mendatangkan kesialan.
Baca Juga : Arti Sengkolo di Malam 1 Suro dan Ini 5 Weton yang Harus Hati-hati
Penjelasan tentang Bulan Muharram
Bulan pertama dalam kalender Islam disebut Muharram. Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram (yang disucikan) dalam Islam.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya zaman telah berputar sebagaimana keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, dalam setahun ada dua belas bulan, darinya ada empat bulan haram, tiga di antaranya adalah Dzulkaidah, Dzulhijjah dan Muharram, sedangkan Rajab adalah bulan Mudhar yang di antaranya terdapat Jumadil Akhir dan Sya’ban.” (HR Bukhari Muslim)
Larangan dalam Bulan Muharram
Sama seperti Suro, Muharram juga memiliki sejumlah larangan yang dijelaskan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam QS At Taubah: 36,
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.” (QS At Taubah: 36)
Awalnya, berperang pada bulan haram dilarang, tetapi larangan ini dihapus dengan firman Allah yang lain untuk memerangi kaum musyrik. Dalam QS Al Baqarah: 217, Allah berfirman bahwa berperang dalam bulan haram adalah dosa besar, tetapi menghalangi jalan Allah, ingkar, dan mengusir penduduk Masjidil Haram lebih besar dosanya.
Penutup
Meski berbagai mitos berkembang, intinya adalah pengendalian diri dan penghormatan terhadap tradisi.
Sebagai masyarakat yang menghargai warisan budaya, perayaan malam 1 Suro tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Jawa.