Tekanan Membayangi Kluivert Jelang Indonesia Hadapi Bahrain di Jakarta

Kekalahan telak Timnas Indonesia 1-5 atas Australia dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2026 memberikan dampak signifikan terhadap posisi pelatih Patrick Kluivert. Tekanan terhadap pelatih asal Belanda ini diperkirakan akan semakin meningkat menjelang pertandingan kandang melawan Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Selasa (25/03/2025).

Peluang Indonesia untuk lolos langsung ke Piala Dunia 2026 bersama Jepang kini semakin mengecil. Hal ini disebabkan hasil negatif melawan Australia. Jalan menuju Piala Dunia 2026 kini tampak lebih sulit bagi Jay Idzes dan kawan-kawan.

Peluang lolos hanya terbuka jika Australia dan Arab Saudi mengalami penurunan performa signifikan dalam tiga laga sisa, sementara Indonesia mampu meraih poin maksimal. Skenario paling realistis adalah Indonesia finis di peringkat ketiga atau keempat Grup C, yang memungkinkan mereka bertarung di babak selanjutnya (Ronde 4).

Tekanan Menggunung Bagi Patrick Kluivert

Raja Isa Raja Akram Syah, pelatih asal Malaysia yang kini berprofesi sebagai pengamat sepak bola, memperkirakan tekanan besar akan dihadapi Patrick Kluivert. Ia menilai Bahrain akan memanfaatkan situasi ini. Pertandingan di kandang sendiri akan semakin menambah beban bagi Kluivert.

“Bahrain pasti memanfaatkan situasi hasil buruk lawan Australia. Patrick Kluivert juga pasti tertekan hebat, apalagi nanti main di kandang Indonesia. Dia harus memikirkan solusi strategi dan taktik tepat untuk mengalahkan Bahrain,” ujar Raja Isa.

Publik Indonesia, lanjutnya, tidak akan menerima alasan apapun selain kemenangan. Timnas Indonesia wajib menang di GBK. “Komunitas sepakbola Indonesia pasti tak mau menerima semua alasan, karena Timnas wajib menang lawan Bahrain di GBK,” tegasnya.

Analisis Kekalahan dari Australia

Raja Isa juga mengkritik strategi ofensif yang diterapkan Kluivert saat melawan Australia. Meskipun mengejar kemenangan adalah hal yang wajar, namun pertahanan juga harus menjadi perhatian utama.

Ia menilai, Kluivert tampaknya mengabaikan kondisi fisik pemain naturalisasi yang kelelahan karena perjalanan dan kompetisi di Eropa. Indonesia hanya mampu bermain baik di awal pertandingan, sebelum akhirnya kelelahan menjadi faktor penentu.

“Saat lawan Australia, Patrick Kluivert seperti memaksakan main ofensif. Boleh mengejar kemenangan, tapi pertahanan juga harus diperkuat,” kata Raja Isa. “Tapi dia sepertinya lupa kalau mayoritas pemain naturalisasi datang dari dalam kondisi lelah di perjalanan dan kompetisi di Eropa.”

Strategi yang Kurang Tepat

Raja Isa berpendapat bahwa Kluivert seharusnya lebih realistis dalam menentukan target. Menargetkan hasil imbang saja melawan Australia sudah cukup baik sebagai modal berharga menghadapi laga selanjutnya melawan Bahrain dan China.

Dengan hasil imbang, Indonesia bisa mengumpulkan tujuh poin. Sementara Australia hanya memiliki satu laga kandang melawan Jepang dan dua laga tandang melawan China dan Arab Saudi. “Kalkulasi ini tampaknya yang kurang diperhitungkan. Seharusnya Indonesia bisa dapat tambahan poin menjadi tujuh,” jelasnya.

Raja Isa menilai Kluivert terlalu terburu-buru mengubah gaya permainan yang selama ini diterapkan Shin Tae-yong. Prioritas utama seharusnya adalah meraih poin, bukan sekadar bermain indah. “Tampaknya Patrick Kluivert terlalu terburu-buru dan bernafsu menghapus karakter permainan Shin Tae-yong,” tuturnya. “Sebagai pelatih baru pasti ingin menunjukkan kerjanya. Tapi cara Patrick Kluivert terlalu berani. Menurut saya permainan cantik tak penting, meraih poin harus diutamakan. Kalau sudah begini, Patrick Kluivert sendiri yang pusing,” pungkasnya.

Kekalahan dari Australia menjadi pelajaran berharga bagi Patrick Kluivert. Ia perlu segera melakukan evaluasi dan perbaikan strategi untuk menghadapi tekanan yang semakin besar. Pertandingan melawan Bahrain akan menjadi ujian sesungguhnya bagi kemampuannya untuk membawa Timnas Indonesia mencapai target yang telah ditentukan.

Exit mobile version