Misteri Burgman 125: Mengapa Skutik Maxi Ini Tak Diminati di Indonesia?

Suzuki Burgman 125, resmi meluncur di Indonesia akhir 2023, diharapkan mampu bersaing di segmen skuter 125 cc. Penjualan hingga Juli 2025 tercatat 3.000 unit. Angka ini terbilang rendah jika dibandingkan kompetitornya.

Mengapa penjualan skutik seharga Rp26,4 juta (on the road Jakarta) ini kurang mengesankan?

1. Persaingan Ketat di Segmen Skuter 125cc

Pasar skuter 125 cc di Indonesia didominasi Honda dan Yamaha. Honda Vario 125 dan Yamaha Lexi memiliki basis konsumen kuat, membuat Burgman 125 harus berjuang keras.

Honda Vario 125 dikenal bertenaga dan irit bahan bakar, sementara Yamaha Lexi menawarkan desain modern dan fitur canggih seperti keyless. Keduanya telah mapan, sedangkan Burgman 125 masih membangun kepercayaan konsumen.

2. Harga Relatif Lebih Tinggi

Dengan harga Rp26 jutaan, Burgman 125 lebih mahal dari kompetitor. Honda Vario 125 dibanderol Rp22-24 juta, Yamaha Lexi Rp23-26 juta. Bahkan Honda Vario 160 hanya selisih sedikit.

Selisih harga ini menjadi pertimbangan konsumen, terutama yang beranggaran terbatas. Meskipun Burgman 125 menawarkan bagasi luas dan desain nyaman, selisih harga mungkin kurang menarik.

3. Strategi Pemasaran dan Brand Awareness Kurang Kuat

Suzuki, meski memiliki reputasi baik, popularitas Burgman 125 masih kalah. Strategi pemasaran yang kurang agresif menjadi penyebabnya.

Honda dan Yamaha gencar berpromosi lewat berbagai media, sedangkan Suzuki belum melakukan kampanye besar-besaran. Akibatnya, keunggulan Burgman 125 kurang dikenal konsumen.

4. Desain yang Tidak Sesuai Selera Semua Orang

Desain maxi scooter Burgman 125, yang lebih besar dari skuter 125 cc lain, mungkin kurang menarik bagi yang menyukai desain kompak.

Dengan ukuran ban 90/90-12 (depan) dan 100/80-12 (belakang), Burgman 125 terlihat gagah, tetapi kurang lincah untuk perkotaan. Desainnya lebih condong ke skuter touring.

Kesimpulannya, rendahnya penjualan Suzuki Burgman 125 di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Persaingan ketat, harga yang relatif tinggi, strategi pemasaran yang kurang optimal, dan desain yang mungkin kurang sesuai selera sebagian konsumen, menjadi tantangan utama bagi skuter ini untuk menembus pasar.

Potensi pasar masih ada, namun Suzuki perlu strategi yang lebih terarah untuk meningkatkan brand awareness dan daya tarik Burgman 125 di Indonesia. Peningkatan strategi pemasaran, penyesuaian harga, dan mungkin eksplorasi desain yang lebih sesuai selera pasar lokal dapat menjadi pertimbangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *