China semakin menegaskan ambisinya dalam inovasi teknologi, khususnya di bidang kecerdasan buatan (AI). Beberapa gebrakan teknologi baru-baru ini telah menghebohkan dunia, menunjukkan kemajuan pesat Negeri Tirai Bambu dalam persaingan global AI yang selama ini didominasi Amerika Serikat.
Tiga inovasi utama yang menonjol adalah DeepSeek, Manus AI, dan chip kuantum Zuchongzhi-3. Ketiga teknologi ini bukan hanya sekadar pencapaian teknis, melainkan juga sinyal kuat tentang upaya China untuk merebut kepemimpinan di sektor AI. Persaingan dengan AS semakin memanas, terutama setelah AS memberlakukan sanksi ekonomi terhadap beberapa perusahaan teknologi China.
DeepSeek: Chatbot AI yang Mengguncang Pasar Global
DeepSeek, sebuah model AI dan aplikasi chatbot, telah meraih popularitas luar biasa dalam waktu singkat. Kemampuannya dalam memberikan jawaban cepat, menganalisis data, dan menghasilkan konten sesuai permintaan telah menarik perhatian jutaan pengguna di seluruh dunia.
Aplikasi ini bahkan berhasil menduduki peringkat teratas di Apple App Store di 111 negara dan Google Play Store di 18 negara. Keberhasilan ini membuatnya disebut-sebut mampu melampaui chatbot AI pesaing seperti ChatGPT dan Gemini, membuka peluang besar untuk mendominasi pasar global.
Dibangun oleh perusahaan rintisan High Flyer yang berbasis di Hangzhou, DeepSeek dikembangkan oleh Liang Wenfeng, seorang tokoh yang sebelumnya dikenal tertutup. High Flyer awalnya berfokus pada komputasi canggih untuk analisis data keuangan, sebelum beralih ke pengembangan AI pada tahun 2023.
DeepSeek V3 dan DeepSeek R-1: Dua Model AI yang Inovatif
DeepSeek telah merilis dua model AI utama: DeepSeek V3 dan DeepSeek R-1. DeepSeek V3, diluncurkan pada Desember 2024, menggunakan arsitektur Mixture-of-Experts (MoE) dengan 671 miliar parameter. Meskipun jumlah parameter yang besar, efisiensi komputasi terjaga dengan hanya mengaktifkan 37 miliar parameter per token.
DeepSeek V3 mampu menyelesaikan berbagai tugas umum, termasuk menjawab pertanyaan dan menghasilkan konten kreatif. DeepSeek R-1, diluncurkan sebulan kemudian, lebih mengejutkan lagi karena kemampuannya yang andal dan efisien meskipun ditenagai oleh chip AI berspesifikasi rendah.
Dibangun dengan basis DeepSeek V3, DeepSeek R-1 menggunakan teknik reinforcement learning untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah kompleks. Keunggulan utama model ini adalah kemampuannya menampilkan proses berpikir sebelum menghasilkan kesimpulan, sebuah fitur yang sangat penting untuk kepercayaan dan transparansi.
Keberadaan DeepSeek menimbulkan kekhawatiran di AS, yang terlihat dari upaya pemblokiran terhadap aplikasi tersebut. Hal ini semakin memperkuat persepsi bahwa China telah menjadi kompetitor serius dalam perlombaan teknologi AI global.
Manus AI dan Zuchongzhi-3: Inovasi Lain yang Patut Diperhatikan
Selain DeepSeek, Manus AI dan chip kuantum Zuchongzhi-3 juga menunjukkan kemajuan signifikan China di bidang AI. Manus AI, meskipun detailnya masih terbatas, dikabarkan merupakan sistem AI yang canggih dengan aplikasi potensial yang luas.
Zuchongzhi-3, chip kuantum dengan kemampuan komputasi yang sangat tinggi, merupakan kunci untuk pengembangan algoritma AI yang lebih kompleks dan efisien. Keberadaan chip ini memperkuat kemampuan China dalam membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk memimpin di bidang AI.
Ketiga inovasi ini secara kolektif menggambarkan komitmen kuat China untuk menjadi pemimpin global dalam AI. Investasi besar-besaran, riset intensif, dan dukungan pemerintah telah menghasilkan lompatan teknologi yang signifikan, menantang dominasi AS dan membentuk lanskap persaingan teknologi yang baru dan lebih kompleks.
Persaingan ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal pengaruh geopolitik dan ekonomi global. Keberhasilan China di bidang AI berpotensi mengubah keseimbangan kekuatan, menciptakan dinamika baru dalam hubungan internasional, dan membentuk masa depan teknologi dunia.