Apple tengah menghadapi gugatan hukum di pengadilan federal Amerika Serikat. Gugatan ini diajukan pada Rabu, 19 Maret 2024, di Pengadilan Distrik AS di San Jose, California. Tuntutan tersebut berfokus pada dugaan iklan palsu terkait fitur kecerdasan buatan (AI) Apple yang dikenal sebagai “Apple Intelligence,” yang peluncurannya tertunda.
Gugatan tersebut bertujuan untuk mendapatkan status gugatan kelompok dan kompensasi bagi konsumen yang telah membeli iPhone dan perangkat Apple lainnya yang dijanjikan akan mendukung fitur Apple Intelligence. Penggugat mengklaim bahwa fitur tersebut tidak tersedia atau sangat terbatas pada perangkat yang mereka miliki, tidak sesuai dengan apa yang diiklankan Apple.
“Iklan Apple (menciptakan) ekspektasi konsumen yang jelas dan wajar bahwa fitur-fitur transformatif ini akan tersedia saat iPhone dirilis,” demikian bunyi gugatan yang diajukan oleh pengacara para penggugat. Pernyataan ini menekankan bahwa iklan Apple telah menciptakan harapan yang keliru di kalangan konsumen.
Gugatan ini menyatakan bahwa produk Apple yang diiklankan memiliki versi Apple Intelligence yang sangat terbatas atau bahkan tidak tersedia sama sekali. Hal ini dianggap menyesatkan konsumen mengenai kegunaan dan performa sebenarnya dari perangkat yang mereka beli.
Penundaan Apple Intelligence dan Dampaknya
Penundaan peluncuran Apple Intelligence telah menimbulkan pertanyaan besar mengenai kemampuan Apple dalam mengembangkan teknologi AI canggih. Laporan Bloomberg menyebutkan bahwa CEO Apple, Tim Cook, disebut telah kehilangan kepercayaan pada kemampuan kepala bagian AI perusahaan, John Giannandrea, dalam mengeksekusi pengembangan produk ini.
Janji Apple untuk membuat Siri lebih personal dan mampu memahami konteks pribadi pengguna, serta mengambil tindakan di dalam dan antar aplikasi, ternyata lebih sulit direalisasikan daripada yang diperkirakan. Ini menyebabkan penundaan peluncuran dan kekecewaan di kalangan konsumen.
“Kami telah bekerja pada Siri yang lebih personal, memberikannya lebih banyak kesadaran tentang konteks pribadi Anda, serta kemampuan untuk mengambil tindakan untuk Anda di dalam dan di antara aplikasi-aplikasi Anda,” tulis pernyataan juru bicara perusahaan Jacqueline Roy. “Ini akan memakan waktu lebih lama dari yang kami perkirakan untuk menghadirkan fitur-fitur ini, dan kami mengantisipasi peluncurannya tahun depan,” tambahnya.
Ekspektasi Tinggi dan Realita yang Mengecewakan
Saat Apple memperkenalkan Apple Intelligence di WWDC tahun lalu, mereka memamerkan fitur-fitur canggih yang mengesankan. Fitur-fitur ini mencakup Siri yang memahami konteks pribadi pengguna dan dapat mengambil tindakan berdasarkan apa yang ditampilkan di layar. Apple menjanjikan peluncuran fitur-fitur ini “selama setahun ke depan,” dengan ekspektasi umum fitur-fitur tersebut akan hadir pada musim semi tahun ini.
Namun, laporan dari Mark Gurman di Bloomberg mengungkapkan kekhawatiran internal di Apple. Eksekutif Apple, termasuk kepala perangkat lunak Craig Federighi, mengutarakan keprihatinan bahwa fitur-fitur tersebut tidak berfungsi dengan baik atau sesuai yang dijanjikan dalam pengujian internal. Bahkan, ada kemungkinan fitur-fitur tersebut harus dibangun kembali dari awal.
Laporan ini menggambarkan tantangan besar yang dihadapi Apple dalam mengembangkan dan menghadirkan teknologi AI yang sesuai dengan standar tinggi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Gugatan ini menjadi indikasi serius dari ketidakpuasan konsumen terhadap janji-janji yang belum terpenuhi.
Kesimpulannya, gugatan ini menyorot pentingnya transparansi dan manajemen ekspektasi dalam pemasaran teknologi canggih. Kegagalan Apple dalam memenuhi janji terkait Apple Intelligence berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap citra dan kepercayaan konsumen terhadap produk-produk mereka di masa depan. Kasus ini juga menjadi studi kasus mengenai kompleksitas pengembangan AI dan tantangan dalam menghadirkan teknologi yang inovatif dan sesuai harapan.