Travel  

Ekspedisi Puncak Carstensz: Tujuh Hari Perjuangan di Suhu Beku Minus 10 Derajat

Tragedi di Puncak Carstensz, gunung tertinggi di Indonesia (4.884 mdpl), menyisakan duka mendalam. Dua pendaki wanita, Lilie Wijayanti Poegiono dan Elsa Laksono, meninggal dunia pada Sabtu, 1 Maret dini hari, diduga akibat hipotermia saat turun dari puncak.

Kejadian ini menggarisbawahi betapa menantang dan berbahayanya pendakian Carstensz. Meskipun memberikan kepuasan tak terkira bagi para penakluknya, gunung ini menuntut persiapan fisik dan mental yang matang, serta pemahaman akan risiko yang ada.

Para pendaki Indonesia berduka cita atas kepergian Lilie dan Elsa. Keduanya menjadi inspirasi bagi banyak pendaki lain. Semoga mereka beristirahat dengan tenang di pelukan Puncak Carstensz.

Kisah Petualangan di Puncak Carstensz

Pengalaman pribadi mendaki Puncak Carstensz pada tahun 2015 sebagai bagian dari Ekspedisi Jurnalis memberikan perspektif berbeda tentang tantangan yang dihadapi para pendaki. Awalnya, rencana pendakian adalah melalui kawasan tambang Freeport, yang berbatasan dengan Taman Nasional Lorentz, tempat Carstensz berada. Namun, izin yang ketat membuat rencana ini batal.

Sebagai alternatif, jalur pendakian tradisional dari Timika-Sugapa-Ugimba dipilih. Keputusan ini bukan tanpa risiko, mengingat adanya wilayah yang masuk zona merah. Banyak rekan jurnalis mengurungkan niat karena alasan keamanan.

Perjalanan panjang dan penuh tantangan dimulai. Penerbangan perintis menuju Sugapa, lalu perjalanan darat selama 16 jam menuju Ugimba. Di Ugimba, kami mengalami peristiwa tak terduga. Kehadiran kami bertepatan dengan upacara pengibaran bendera Merah Putih pertama kali di desa tersebut.

Tantangan di Ugimba dan Perjalanan Menuju Puncak

Kehadiran kami sempat membuat masyarakat setempat waspada. Kami diinterogasi oleh pemimpin lokal dan mengalami penahanan sementara. Untungnya, setelah negosiasi alot, kami dibebaskan dengan syarat diawasi ketat. Kami pun berkesempatan menyaksikan upacara 17 Agustus yang mengharukan di Ugimba.

Pendakian sebenarnya dimulai dari Ugimba. Perjalanan tujuh hari penuh tantangan dengan medan naik turun yang ekstrem, melewati hutan yang belum terjamah dan melewati berbagai jalur yang cukup berbahaya. Kondisi alam yang ekstrem seperti suhu udara yang sangat dingin, jalur yang sulit, serta berbagai hewan buas yang mungkin dijumpai membuat pendakian ini cukup berbahaya. Salah satu penanda penting di perjalanan adalah melewati New Zealand Pass, di mana saya sendiri sempat mengalami masalah aklimatisasi dan hampir tertinggal dari rombongan.

Dukungan dari para porter dan pemandu sangat penting. Mereka tidak hanya membantu dalam perjalanan fisik, tapi juga memberikan dukungan moral dan menunjukkan keramahan khas masyarakat Papua.

Setelah mencapai Basecamp Danau-Danau (4.261 mdpl), pendakian puncak dimulai. Pendakian yang dilakukan pada malam hari menuju Yellow Valley dengan tantangan utama berupa pendakian tebing setinggi 800 meter. Saya mengalami banyak kesulitan karena tidak memiliki pengalaman panjat tebing sebelumnya.

Puncak Carstensz: Kemenangan dan Refleksi

Mencapai Puncak Carstensz adalah momen yang tak terlupakan. Emosi campur aduk, tangis haru dan rasa syukur memuncak. Pemandangan yang tersaji dari puncak sangat menakjubkan. Lautan awan terhampar luas di bawah kaki, dan suasana yang damai terasa.

Turun dari puncak juga tidak mudah. Cuaca yang tak menentu dan suhu yang sangat dingin menambah tantangan. Pengalaman ini membuktikan bahwa pendakian Puncak Carstensz membutuhkan persiapan yang sangat matang, keterampilan mendaki, fisik yang prima, dan mental baja.

Selain menceritakan pengalaman pribadi, artikel ini juga menekankan pentingnya regulasi dan keselamatan pendakian. Saat ini, masih belum ada regulasi yang komprehensif untuk pendakian Carstensz. Semoga upaya dari Maximus Tipagau dan pihak terkait dapat segera terealisasikan, sehingga pendakian Carstensz dapat dilakukan dengan lebih aman dan berkelanjutan.

Puncak Carstensz, lebih dari sekadar puncak tertinggi. Ini adalah simbol keindahan dan tantangan alam Indonesia, sekaligus mengingatkan kita akan pentingnya menghormati alam dan mempersiapkan diri dengan matang sebelum menaklukkannya.

Exit mobile version