Travel  

Kolak Ayam Gresik: Sejarah, Rasa, dan Tradisi Unik di Baliknya

Kolak, hidangan manis khas Indonesia, biasanya berisi pisang atau umbi-umbian. Namun, di Desa Gumeno, Gresik, Jawa Timur, terdapat tradisi unik yang menyajikan kolak dengan isian yang tak biasa: ayam! Tradisi ini, yang dikenal sebagai “kolak ayam” atau “sanggring,” telah berlangsung selama ratusan tahun dan menyimpan sejarah yang menarik.

Apa Itu Tradisi Kolak Ayam Sanggring?

Tradisi kolak ayam sanggring merupakan ritual tahunan yang digelar setiap malam ke-23 Ramadan di Masjid Jami Sunan Dalem, Desa Gumeno. Acara ini bukan sekadar sajian berbuka puasa, tetapi juga diyakini sebagai pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit oleh masyarakat setempat. Proses pembuatan dan penyajian kolak ayam sepenuhnya dilakukan oleh laki-laki, menjaga kelangsungan tradisi turun-temurun.

Bahan-bahan kolak ayam relatif sederhana, terdiri dari gula merah, jinten, bawang daun, kelapa, air, dan tentunya, ayam. Resepnya diwariskan secara turun-temurun, mengikuti petunjuk yang ditinggalkan oleh Sunan Dalem, tokoh penting yang namanya diabadikan dalam nama masjid tempat tradisi ini berlangsung. Keunikan kolak ini terletak pada perpaduan rasa manis dari gula merah dan rempah-rempah dengan cita rasa gurih dari ayam.

Asal Usul Tradisi Kolak Ayam Sanggring

Sejarah kolak ayam bermula pada tahun 946 H atau 31 Januari 1540 M. Kisah ini tak lepas dari keberadaan Sunan Dalem, putra dan penerus Sunan Giri. Konon, saat pembangunan Masjid Jami’ Sunan Dalem, Sunan Dalem jatuh sakit. Berbagai upaya pengobatan telah dilakukan, namun tak membuahkan hasil.

Dalam mimpi, Sunan Dalem mendapat petunjuk ilahi untuk membuat suatu hidangan sebagai obat. Ia kemudian memerintahkan penduduk untuk mengumpulkan ayam jago berusia satu tahun, bersama bahan-bahan lain, untuk membuat ramuan tersebut. Setelah proses memasak yang melibatkan seluruh warga, Sunan Dalem memakan kolak ayam tersebut dan sembuh dari penyakitnya.

Peristiwa ini kemudian diperingati setiap tahunnya sebagai tradisi kolak ayam sanggring. Nama “sanggring” sendiri berasal dari kata “sang” (raja/penguasa) dan “gring” (sakit), melambangkan kesembuhan sang raja. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian penting budaya Desa Gumeno, tetapi juga mencerminkan ketaatan dan kepercayaan masyarakat pada nilai-nilai religius dan pengobatan tradisional.

Makna dan Simbolisme Kolak Ayam Sanggring

Tradisi kolak ayam sanggring mengandung makna dan simbolisme yang dalam. Selain sebagai pengobatan tradisional, acara ini juga memperkuat ikatan sosial antarwarga Desa Gumeno. Gotong royong dalam mempersiapkan bahan dan memasak kolak ayam merepresentasikan semangat kebersamaan dan kekompakan masyarakat.

Lebih jauh lagi, kolak ayam sanggring juga melambangkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan berkah yang diberikan. Penyembuhan Sunan Dalem melalui kolak ayam dianggap sebagai mukjizat dan tanda keajaiban Tuhan. Tradisi ini menjadi bukti nyata bagaimana warisan budaya dapat tetap lestari dan dijaga dari generasi ke generasi.

Perkembangan Tradisi Kolak Ayam Sanggring

Meskipun telah berlangsung ratusan tahun, tradisi kolak ayam sanggring tetap relevan hingga saat ini. Masyarakat Desa Gumeno terus menjaga dan melestarikan tradisi tersebut, menunjukkan komitmen kuat terhadap warisan budaya leluhur. Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan kekayaan budaya dan kuliner Indonesia.

Di masa kini, tradisi ini juga bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat modern untuk tetap menghargai dan melestarikan warisan budaya lokal. Kolak ayam sanggring bukan hanya sekedar makanan, tetapi juga lambang kearifan lokal, kepercayaan, dan semangat kebersamaan yang patut dihargai dan dipelajari.

Dengan adanya kolak ayam, kita bisa melihat bagaimana sebuah resep sederhana dapat menyimpan sejarah yang begitu panjang dan bermakna. Tradisi ini menjadi bukti kekayaan budaya Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang. Semoga tradisi ini terus berlangsung dan menjadi inspirasi bagi pelestarian warisan budaya lainnya di seluruh Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *