Pencemaran Minyak di Tempurejo Masih Berlanjut, Warga Keluhkan Air Sumur Berbau

Pencemaran Minyak di Tempurejo Masih Berlanjut
Pencemaran Minyak di Tempurejo Masih Berlanjut

JAWAPEH.COM, Kediri – Pencemaran minyak di Tampurejo masih berlanjut, warga makin merana karena air sumur mereka berbau dan terus berminyak.

Meski upaya pemulihan sudah berlangsung hampir setahun, hasilnya belum sesuai harapan. Beberapa sumur warga masih mengeluarkan bau minyak yang menyengat.

Peneliti dari Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjelaskan bahwa pencemaran ini sulit diatasi karena adanya cekungan di dalam tanah. Kondisi tersebut membuat zat minyak menjadi sulit hilang.

Ipung Fitri Purwanti, dosen Teknik Lingkungan ITS Surabaya, menyatakan bahwa upaya pemulihan air sumur warga terus digalakkan.

Baca Juga : Serunya Lomba Senam Kreasi Bersama Yamaha di HUT Kota Kediri Ke-1145

Pada Jumat (28/6), timnya kembali mengambil sampel air di 14 sumur warga untuk uji kandungan TPH (total petroleum hydrocarbon).

“Hasil terakhir dari sampling sebelumnya menunjukkan sebagian besar kandungan TPH sudah 0,00 miligram per liter,” ujar Ipung.

Namun, meski ada perkembangan positif, beberapa sumur masih menunjukkan kadar TPH yang tinggi.

Misalnya, sumur milik Sugiono yang kadar TPH-nya masih sekitar 44 miligram per liter. Di beberapa sumur lainnya, kadar TPH berkisar 5 miligram per liter.

Baca Juga : Kepala Dinas PUPR Kota Kediri Diisukan Mundur: Proyek Alun-Alun Jadi Penyebab?

Ipung menjelaskan bahwa tingginya kadar TPH di sumur Sugiono disebabkan oleh kontur tanah di bawahnya yang berupa cekungan.

“Minyak bisa terjebak di situ sehingga perlu waktu lebih lama untuk menurunkan TPH,” terangnya.

Hasil uji geolistrik sebelumnya menunjukkan bahwa tanah di sekitar sumur Sugiono adalah tanah liat yang sulit menyalurkan air.

Warga terdampak seperti Sugiono mengeluhkan air sumurnya yang keruh dan masih berbau minyak. Berbeda dengan sumur lain yang meski berbau minyak, tidak keruh.

“Tanah di sekitar sumur Pak Sugiono merupakan tanah liat, yang menyebabkan air sulit terserap,” ungkap Ipung.

Selain masalah pencemaran minyak, warga juga menghadapi masalah baru selama proses pemulihan. Sumur terbuka milik warga dipenuhi jentik nyamuk akibat pengobatan dengan cairan dispersant.

“Waktu ITS ke sini saya tanyakan, katanya kalau diobati memang muncul jentik. Nanti katanya diobati lagi untuk menghilangkan jentiknya,” ujar Sugiono.

Meskipun air yang mengandung jentik tidak langsung dimanfaatkan oleh warga, mereka khawatir akan munculnya wabah penyakit akibat populasi nyamuk yang bertambah. Air sumur yang tidak digunakan menyebabkan air menjadi tenang dan nyamuk berkembang biak di sana.

Tim peneliti dari ITS menyarankan agar air sumur tetap dimanfaatkan untuk keperluan non-konsumsi. “Yang penting, air sumur tersebut tidak untuk konsumsi. Dengan dipakai, maka akan terjadi aerasi dan jentiknya nanti hilang,” kata Ipung.

Warga diimbau untuk secara berkala mengambil air sumur agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

Pencemaran minyak di Tempurejo ini menjadi tantangan besar bagi warga dan peneliti. Meskipun upaya pemulihan terus dilakukan, hasilnya belum optimal.

Warga berharap agar segera ada solusi yang efektif untuk mengatasi pencemaran ini dan mengembalikan kualitas air sumur seperti semula.

Topik

Baca Juga

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Goa Selomangkleng

Icon Database Jawapeh
Database
Icon Lapor Jawapeh
Laporkan!
Icon Podcast Kediri
Podcast